Fenomena ini disebut juga Konjungsi Kuartet Bulan-Venus-Jupiter-Saturnus. Fenomena ini dapat disaksikan sejak awal senja bahari selama 3 jam dari arah selatan memanjang hingga barat-barat daya.
Keempat benda langit itu seluruhnya terbenam setelah tengah malam.
Magnitudo Jupiter sebesar −2,41, sedangkan magnitudo Venus dan Saturnus masing-masing sebesar −4,64 dan +0,66. Bulan berfase sabit awal dengan iluminasi antara 27,3 persen - 28,9 persen.
Bulan dan Venus terletak di dekat konstelasi Sagitarius, sedangkan Jupiter dan Saturnus terletak di dekat konstelasi Kaprikornus.
Keesokan harinya, Bulan meninggalkan Venus dan berkonjungsi tripel bersama dengan Jupiter dan Saturnus selama tiga hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fenomena ini berlangsung selama tiga hari sejak 10 hingga 12 November 2021, dan dapat disaksikan sejak awal senja bahari dari arah selatan hingga pukul 23.00 waktu setempat dari arah Barat-Barat Daya.
Magnitudo Jupiter bervariasi antara −2,61 hingga −2,59, sedangkan magnitudo Saturnus konstan sebesar +0,67.
Bulan berfase sabit awal hingga Benjol Awal Bulan Besar dengan iluminasi 38,2 persen sampai 61,5 persen. Mula-mula, Bulan berada di konstelasi Kaprikornus bersama-sama dengan Jupiter dan Saturnus selama dua hari.
Puncak konjungsi Merkurius-Mars terjadi pada tanggal 10 November 2021 pukul 19.57.25 WIB / 20.57.25 WITA / 21.57.25 WIT dengan sudut
pisah 0,97 derajat dan terletak di dekat konstelasi Virgo.
Mars dan Merkurius sudah terbit di arah timur-tenggara sejak pertengahan fajar bahari atau 35 menit sebelum Matahari terbit, dan berada di ufuk rendah, 25 menit sebelum Matahari terbit.
Dengan begitu Merkurius dan Mars cukup sulit disaksikan baik menggunakan ataupun tanpa alat bantu. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 29 Oktober 2023 dan 20 Oktober 2025.
Fase perbani awal adalah salah satu fase Bulan ketika konfigurasi antara Matahari, Bumi dan Bulan membentuk sudut siku-siku dan terjadi
sebelum fase Bulan purnama.
Puncak fase perbani awal terjadi pada pukul 19.46.01 WIB / 20.46.01 WITA / 21.46.01 WIT.
Bulan perbani awal ini sudah dapat disaksikan sejak terbit saat tengah hari dari arah Timur-Tenggara, transit di arah Selatan setelah terbenam Matahari dan kemudian terbenam di arah Barat-Barat Daya setelah tengah malam.
Bulan saat itu berjarak 379.201 dari Bumi, saat puncak fase perbani awal dan berada di sekitar konstelasi Kaprikornus.
Hujan Meteor Taurid Utara adalah hujan meteor yang titik asal munculnya meteornya berada di konstelasi Taurus bagian utara dekat gugus Pleiades.
Hujan meteor ini aktif sejak 25 September hingga 25 November, dengan intensitas maksimum terjadi pada 13 November pukul 07.25 WIB / 08.25 WITA / 09.25 WIT.
Hujan Meteor Taurid Utara berasal dari sisa debu asteroid 2004 TG10 yang mengorbit Matahari, dengan periode 3,3 tahun sebagaimana komet Encke yang merupakan objek induk hujan meteor Taurid Selatan.
Pemisahan hujan meteor Taurid menjadi Taurid Utara dan Selatan disebabkan adanya perturbasi atau perubahan interaksi gravitasi khususnya pada planet Jupiter.
Hujan Meteor Taurid Utara dapat disaksikan sejak pukul 18.30 waktu setempat pada malam sebelumnya (12 November) dari arah timur-timur laut
hingga pukul 04.30 waktu setempat keesokan paginya (13 November) dari arah barat-barat laut.
Intensitas hujan meteor ini berkisar 3-4 meteor per jam untuk wilayah Indonesia, hal itu lantaran ketinggian titik radian ketika transit bervariasi antara 57 derajat hingga 74 derajat.
Pastikan medan pandang bebas dari penghalang, polusi cahaya dan awan saat mengamati hujan meteor ini.
Namun untuk menyaksikannya tak perlu menggunakan alat bantu apapun kecuali jika ingin merekam. Untuk merekam fenomena hujan metror Taurid bisa menggunakan kamera all-sky dengan medan pandang 360 derajat, yang diarahkan ke zenit.
(can/fjr)