Sekitar 70 persen dari negara-negara yang paling mengalami kesulitan air di dunia berada di wilayah MENA. Saat iklim semakin memanas, dampak sosial dan ekonomi di sana akan semakin parah.
Lebih dari 12 juta orang di Suriah dan Irak kehilangan akses ke air bersih, makanan, dan listrik karena peningkatan suhu, tingkat curah hujan rendah, dan kekeringan. Hal ini kemudian membuat orang-orang di seluruh wilayah tersebut kekurangan air minum dan pertanian.
Suriah saat ini disebut sedang menghadapi kekeringan terburuk dalam 70 tahun terakhir. Kelompok-kelompok bantuan menggambarkan situasi tersebut sebagai "bencana yang belum pernah terjadi."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Potensi intensifikasi gelombang panas sudah cukup keras, panas dan gersang di lingkungan MENA, dan diperkirakan akan berdampak negatif langsung pada kesehatan manusia, pertanian, air dan energi, dan banyak sektor sosial ekonomi lainnya," kata direktur dampak hidrogeologis Yayasan Pusat Perubahan Iklim Eropa-Mediterrania (CMCC), Paola Mercogliano.
Sehingga, para peneliti sepakat penurunan emisi gas rumah kaca harus segera diturunkan. Jika tidak, situasi di kawasan MENA akan menjadi sangat suram dalam beberapa dekade mendatang.
"Ketika sekitar 600 juta orang dihadapkan pada gelombang panas yang mengancam jiwa [dan] kekurangan makanan dan air berikutnya ... satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah pindah ke bagian dunia yang lebih dingin, berlimpah sumber daya, dan masih berkembang," tulis Hafed al- Ghwell dari Institut Kebijakan Luar Negeri di Universitas John Hopkins.