Jakarta, CNN Indonesia --
Pada pekan pertama Desember 2021 terdapat sederet fenomena antariksa yang terjadi. Diantaranya fenomena gerhana Matahari 4 Desember mendatang.
Gerhana Matahari adalah peristiwa alam yang terjadi ketika Bulan bergerak dalam orbitnya, antara Bumi dan Matahari (yang dikenal dengan okultasi). Gerhana ini terjadi di Bulan baru, ketika Matahari dan Bulan berada dalam konjungsi satu sama lain.
Fenomena Gerhana Matahari bergantung pada geometri Matahari, Bulan, apakah keduanya terhalang seluruhnya atau hanya sebagian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama fenomena gerhana terjadi, nantinya bayangan Bulan, yang terbagi menjadi dua bagian yaitu umbra gelap dan penumbra gelap bergerak melintasi permukaan Bumi.
1. Gerhana Matahari Total di Antartika 4 Desember
Peneliti di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang mengatakan fenomena ini terjadi di Antartika pada Sabtu (4/12).
"Fenomena gerhana Matahari terjadi sejak pukul 07.03-08.04 Universal Time, di wilayah Antartika yang terkena umbra Bulan. Wilayah tersebut akan mengalami gerhana Matahari Total dengan durasi total antara 90-116 detik," ujar Andi seperti dikutip situs resmi Lapan.
Lebar umbra Bulan di permukaan Bumi bervariasi antara 421-450 kilometer.
Sementara wilayah yang terkena penumbra Bulan seperti Republik Afrika Selatan, Namibia, Australia bagian selatan (Victoria, sebagian New South Wales, Teritori Ibukota Australia dan Tasmania, akan mengalami Gerhana Matahari Sebagian dengan lebar gerhana kurang dari 10 persen diameter Matahari.
Sedangkan di Kepulauan Malvinas dan Tierra del Fuego akan mengalami Gerhana Matahari Sebagian dengan lebar gerhana antara 10-40 persen diameter Matahari.
Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan mengalami Gerhana Matahari Sebagian dengan lebar gerhana antara 93-97 persen diameter Matahari.
Gerhana Matahari Total kali ini merupakan gerhana ke-13 dari 70 gerhana dalam Seri Saros ke-152. Gerhana Matahari Total di Antartika dalam Seri Saros 152 sebelumnya pernah terjadi pada 23 November 2003 dan akan terjadi kembali pada 15 Desember 2039 dan 26 Desember 2057.
2. Konjungsi Tripel Venus-Saturnus-Jupiter 4 Desember
Selain fenomena gerhana Matahari total yang terjadi pada 4 Desember 2021, ada sederet fenomena langit lainnya yang disebut Edukasi Sains Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan terjadi pada pekan pertama Desember.
Fenomena Konjungsi Tripel Venus-Saturnus-Jupiter terjad pada awal bulan Desember, disambut oleh tiga planet yang berkonjungsi tripel di langit senja, yakni Venus, Saturnus dan Jupiter.
Fenomena ini bergulir selama empat hari mulai tanggal 1 sampai 4 Desember, dan dapat disaksikan sejak awal senja bahari yaitu 5 menit setelah Matahari terbenam selama 2,5 jam dari arah Barat Daya.
Planet Venus akan terbenam terlebih dahulu sebelum disusul Saturnus satu jam kemudian dan Jupiter terbenam paling
terakhir pada pukul 23.00 waktu setempat.
Sudut pisah Venus-Saturnus bervariasi antara 18,4 derajat -16,4 derajat, sedangkan sudut pisah Saturnus-Jupiter bervariasi antara 16,4 derajat-16,6 derajat.
Magnitudo Venus bervariasi antara -4,88 hingga -4,90 sementara magnitudo Saturnus konstan sebesar +0,73. Sedangkan magnitudo Jupiter bervariasi antara -2,67 hingga -2,66. Venus berada di konstelasi Sagitarius sedangkan Saturnus dan Jupiter sama-sama berada di konstelasi Kaprikornus.
Fenomena ini terbilang cukup langka, terjadi rata-rata setiap 90 tahun sekali. Fenomena ini terakhir kali terjadi pada 31 Juli-23 Agustus 1922 dan 10 November-2 Desember 1842.
Fenomena ini akan terjadi kembali pada 1 September-14 Oktober 2101, 25-31 Agustus 2180 dan 27 April-4 Mei 2260.
Simak fenomena langit lainnya di halaman berikutnya..
3. Okultasi Mars oleh Bulan 3 Desember
Selain adanya fenomena Gerhana Matahari, terdapat fenomena Okultasi Mars oleh Bulan adalah fenomena astronomis ketika Mars melintas di belakang Bulan, sehingga tampak tertutupi oleh Bulan.
Hal ini terjadi karena jarak Mars ke Bumi lebih jauh dibandingkan dengan jarak Bulan ke Bumi.
Secara global, Okultasi Mars oleh Bulan terjadi pada 3 Desember 2021 pukul 00.28 Universal Time. Fenomena ini hanya dapat disaksikan di Rusia bagian timur, Tiongkok bagian Timur, Korea Utara, Korea Selatan, Mikronesia, Kepulauan. Marshall, Nauru, Kiribati, Mariana Utara dan Kepulauan. Hawaii.
Karena fenomena ini terjadi saat siang hari, beberapa wilayah yang mengalami okultasi Mars oleh Bulan akan cukup sulit mengamati fenomena ini.
Okultasi Mars oleh Bulan berikutnya akan terjadi pada 31 Desember 2021.
4. Konjungsi Bulan-Mars 3 Desember
Masyarakat yang ada di wilayah yang tidak mengalami okultasi Mars oleh Bulan, dapat menyaksikan Konjungsi Bulan-Mars. Puncak konjungsi Bulan-Mars terjadi pada 3 Desember pukul 07.28 WIB / 08.38 WITA / 09.38 WIT dengan sudut pisah 0,4 derajat.
Fenomena ini sudah dapat disaksikan dari arah Timur sekitar satu jam sebelum Matahari terbit selama 35 menit. Pada saat konjungsi, Bulan berfase Sabit Akhir dengan iluminasi 2,7 persen. Sedangkan Mars bermagnitudo +1,54. Sudut pisah Bulan-Mars sebesar 1,6 derajat-1,3 derajat.
5. Bulan Baru Super 4 Desember
Bulan Baru Super adalah fase Bulan Baru yang waktu kejadiannya berdekatan dengan saat Perige Bulan. Bulan Baru kali ini terjadi pada pukul 14.43.03 WIB dengan jarak geosentrik 356.805 kilometer dan lebar sudut 33,49 menit busur.
Sedangkan Perige Bulan terjadi dua jam setelahnya, yakni pada pukul 16.57.44 WIB dengan jarak geosentrik 356.796 kilometer dan lebar sudut 33,49 menit busur.
Sejak awal fajar astronomis yaitu 75 menit sebelum terbit Matahari, masyarakat dapat menyaksikan Mars dari arah Tenggara selama 50 menit. Merkurius sudah terbenam saat awal senja bahari pada 25 menit setelah terbenam Matahari.
Venus masih bertengger di ufuk selama 2 jam 30 menit sejak awal senja bahari di arah Barat Daya bersama-sama dengan Jupiter dan Saturnus.
Planet Saturnus terbenam pada pukul 22.00 waktu setempat, dan menyusul satu jam setelahnya, Jupiter terbenam pada pukul 23.00 waktu setempat.
Fenomena Bulan Baru Super adalah fenomena tahunan yang terakhir terjadi pada tanggal 30 Agustus 2019, 29 September 2019 dan 17 Oktober 2020. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 21 Januari 2023, 10 Maret 2024 dan 27 April 2025.
6. Konjungsi Kuartet Bulan-Venus-Saturnus-Jupiter 5-10 Desember
Setelah sebelumnya selama empat hari Venus berkonjungsi tripel dengan Saturnus dan Jupiter, sejak tanggal 5 Desember, Bulan ikut berkonjungsi dengan Venus, Saturnus dan Jupiter dan membentuk konjungsi kuartet yakni empat planet yang secara visual tampak berdekatan maupun segaris.
Fenomena ini berlangsung selama enam hari dan dapat disaksikan dari arah Barat Daya sejak awal senja bahari yaitu 25 menit setelah terbenam Matahari, hingga keempat benda langit ini terbenam.
Awalnya Bulan bersama-sama dengan Venus berada di konstelasi Sagitarius dan terpisah sejauh 24 derajat. Keesokan harinya, sudut pisah Bulan-Venus semakin mengecil. Bulan bersudut pisah sangat kecil dengan Venus pada 7 Desember.
Keesokan harinya, Bulan meninggalkan Venus dan berkonjungsi dengan Saturnus di konstelasi Kaprikornus. Esok harinya, Bulan meninggalkan Saturnus dan berkonjungsi dengan Jupiter di konstelasi Akuarius.
Fenomena ini terbilang cukup langka dan terjadi setiap rata-rata 80 tahun sekali. Fenomena ini sebelumnya pernah terjadi pada 9 November
2021, 25-26 Agustus 1922, 30 Juli 1922, 3-6 Desember 1842, dan 5-8 November. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 14-17 Januari 2102, 14-18 September 2180 dan 5-9 Mei 2260.
Itulah sederet fenomena sepanjang pekan pertama Desember 2021, di antaranya Gerhana Matahari pada 4 Desember. Beberapa fenomena langit itu bisa disaksikan di Indonesia.