Fenomena Langit 5 Hari ke Depan, Hujan Meteor Sampai Solstis

CNN Indonesia
Jumat, 17 Des 2021 12:02 WIB
Ada banyak fenomena langit yang bakal terjadi selama lima hari ke depan.
Bulan. (ANTARA FOTO/Paramayuda)

Puncak Hujan Meteor Leonis Minorid 20-21 Desember

Leonis Minorid Desember adalah hujan meteor minor yang titik asal kemunculan meteornya berada di dekat konstelasi Leo Minor.

Hujan meteor ini bersumber dari sisa debu komet hiperbolik C/1739 K1 (Zanotti). Hujan meteor ini dapat disaksikan sejak awal senja astronomis, yaitu 50 menit setelah terbenam Matahari waktu setempat, hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari dari arah Timur Laut hingga Utara.

Intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia mencapai 3,8 - 4,6 meteor per jam yang bisa disaksikan dari Sabang hingga P. Rote. Hal ini dikarenakan titik radian berkulminasi pada ketinggian 49,3 derajat sampai 66,3 derajat arah utara, sementara intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 5 meteor per jam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk menyaksikannya bisa pada saat cuaca cerah dan bebas dari penghalang maupun polusi cahaya di sekitar medan pandang. Hal ini dikarenakan intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100 persen minus persentase tutupan awan dan berbanding terbalik dengan skala Bortle (skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya, semakin besar skalanya maka semakin besar polusi cahaya yang timbul).

Intensitas hujan meteor ini juga akan sedikit berkurang dikarenakan Bulan yang berada ketinggian 45 derajat dekat konstelasi Gemini saat titik radian sedang terbit.

Solstis Desember 21 Desember

Fenomena Solstis Desember atau Titik Balik Selatan Matahari adalah posisi ketika Matahari berada paling Selatan terhadap ekuator langit jika diamati oleh pengamat di permukaan Bumi.

Sedangkan jika diamati dari sembarang titik di luar angkasa, belahan Bumi bagian Selatan akan terlihat 'mendekat' ke arah Matahari. Oleh karenanya, pengamat yang berada di Garis Balik Selatan (Tropic of Capricorn; 23,4° LS) akan melihat Matahari tepat berada di atas kepala ketika tengah hari.

Pengamat yang berada di belahan Bumi bagian Utara akan merasakan malam lebih panjang dibanding hari-hari lainnya. Bahkan, Matahari tidak pernah terbit di Kutub Utara ketika solstis Desember.

Sebaliknya, pengamat yang berada di belahan Bumi bagian Selatan, akan merasakan siang yang lebih panjang dibandingkan hari-hari lainnya. Matahari tidak pernah terbenam di Kutub Selatan ketika solstis Desember.

Puncak solstis Desember tahun ini terjadi pada tanggal 21 Desember pukul 22.59.23 WIB. Baik pengamat di belahan Bumi bagian Utara maupun Selatan akan mendapati Matahari terbit dari arah Timur-Tenggara dan terbenam dari arah Barat-Barat Daya. Bagi daerah berlintang tinggi di belahan Selatan, akan mendapati Matahari terbit dari arah Selatan-Tenggara dan terbenam dari arah Selatan-Barat Daya.

Konjungsi Bulan-Pollux 21-22 Desember

Bulan berkonjungsi dengan Pollux (Beta Geminorium), bintang utama di konstelasi Gemini pada pukul 15.55.34 WIB / 16.55.34 WITA / 17.55.34 WIT dengan sudut pisah 2,7 derajat.

Fenomena ini dapat disaksikan dari arah timur laut hingga barat laut sejak pukul 20.00 waktu setempat hingga akhir fajar bahari (50 menit sebelum terbit Matahari) keesokan harinya. Pollux bermagnitudo +1,15 dan Bulan memasuki fase benjol/cembung akhir dengan iluminasi antara 94,5 persen −93,5 persen.

Itulah fenomena antariksa dalam lima hari ke depan. Masyarakat di Indonesia dapat menyaksikan fenomena itu dengan arah pandang yang tak banyak gangguan.

(can/fea)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER