Teleskop akan ditempatkan di orbit sekitar satu juta mil atau 1,6 juta kilometer dari Bumi, kira-kira empat kali jarak planet kita dari Bulan.
Tidak seperti Hubble, teleskop angkasa ruang utama saat ini yang berputar mengelilingi Bumi, Webb nantinya akan ditempatkan untuk mengorbit Matahari.
Teleskop ini nantinya akan tetap berada tepat di belakang Bumi, dari sudut pandang Matahari, memungkinkannya untuk tetap berada di sisi malam planet kita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut perkiraan, dibutuhkan sekitar satu bulan untuk mencapai wilayah tersebut di angkasa ruang, titik yang dikenal sebagai titik Lagrange kedua, atau L2.
Karena teleskop terlalu besar untuk dimasukkan ke dalam kerucut hidung roket, teleskop harus diangkut dengan gaya origami.
Membentangkannya di angkasa luar nanti adalah tugas yang kompleks dan menantang, proses paling menakutkan yang akan dilakukan NASA.
Sekitar 30 menit setelah lepas landas, antena komunikasi dan panel surya yang memasok energi akan dipasang.
Kemudian pelindung surya akan mulai dibentangkan pada hari keenam, jauh setelah melewati Bulan. Pelindung surya yang sampai sekarang terlipat seperti akordeon ini selaput tipisnya akan diarahkan oleh mekanisme kompleks yang melibatkan 400 tarikan dan kabel sepanjang 400 meter.
Selama pekan kedua giliran cerminnya yang membuka. Lalu setelah masuk dalam konfigurasi akhir, instrumen perlu didinginkan dan dikalibrasi, dan cermin akan disesuaikan untuk memastikan ketepatannya.
Teleskop Webb akan siap untuk beroperasi secara penuh dalam waktu enam bulan setelah diluncurkan.
Webb memiliki dua misi ilmiah utama yang akan mencakup lebih dari 50 persen waktu pengamatannya. Pertama, menjelajahi fase-fase awal sejarah kosmik, melihat ke belakang hingga hanya beberapa ratus juta tahun dari fenomena Big Bang.
Para astronom ingin melihat bagaimana bintang dan galaksi pertama terbentuk, dan bagaimana mereka berevolusi dari waktu ke waktu.
Tujuan kedua adalah penemuan planet extrasurya yang berarti planet di luar tata surya. Penelitian ini nantinya juga akan menyelidiki potensi kehidupan di wilayah-wilayah tersebut dengan mempelajari atmosfernya.
Webb disebut sangat menjanjikan untuk memenuhi kedua fungsi utama tersebut, dan pemenuhan janji ini terletak pada kapasitas inframerah.
Tidak seperti ultraviolet dan cahaya tampak, panjang gelombang inframerah lebih mudah menembus debu kosmik, memungkinkan alam semesta fase awal yang diselimuti awan kosmik untuk terlihat lebih jelas.
Pembuatan teleskop Webb dimulai pada 2004 dan peluncurannya telah diundur beberapa kali. Awalnya teleskop ini direncanakan untuk meluncur pada 2007, lalu bergeser ke 2018, dan akhirnya 2021.
Faktor yang menyebabkan penundaan utamanya karena kerumitan di bagian pengembangan.
Teleskop ini merupakan hasil kolaborasi internasional yang mengintegrasikan instrumen Kanada dan Eropa.
Lebih dari 10 ribu orang mengerjakan proyek ini, dengan anggaran yang akhirnya membengkak menjadi sekitar US$10 miliar atau sekitar Rp 141,8 miliar.
(lnn/fjr)