Pemerintah Tambah 7.904 BTS di Wilayah Terluar dan Tertinggal RI

CNN Indonesia
Selasa, 25 Jan 2022 14:49 WIB
Teknisi Telkomsel memeriksa perangkat di salah satu BTS di Pulau Belitung, Sabtu (26/3). Operator Selular Terbesar di Indonesia, Telkomsel terus berkomitmen untuk melakukan pembangunan BTS (Base Transceiver Station) hingga ke daerah pelosok, pulau terluar dan perbatasan, dan saat ini Telkomsel merupakan operator dengan BTS terbanyak di Indonesia, yakni mencapai lebih dari 103.000 dan akan membangun 13.000 BTS tambahan pada tahun 2016 untuk menjaga kualitas jaringan, khususnya broadband yang melayani lebih dari 152 juta pelanggan. (ANTARA FOTO/HO)
Jakarta, CNN Indonesia --

BAKTI Kominfo bersama operator seluler Telkomsel dan XL Axiata bekerja sama mendirikan 7.904 Base Transceiver Station (BTS) di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di Indonesia.

Pembangunan 7.904 BTS ini bertujuan membantu mempercepat transformasi digital. Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan misinya melalui program ini adalah tidak ada masyarakat yang tertinggal pada masa transformasi digital ini.

"Moto dan misi kita adalah tidak ada yang tertinggal," ujar Johnny pada acara virtual, Selasa (25/1).

"Kita inginkan melalui dukungan fiskal yang kuat tersebut maka disparitas kesenjangan digital di Indonesia makin dipersempit," imbuhnya.

BTS yang akan dibangun Telkomsel dan XL Axiata memakai metode pembiayaan gabungan di antaranya universal service obligation, dukungan fiskal rupiah murni, dan bagian penerimaan bukan pajak sektor Kominfo.

Melalui pembangunan ini diharapkan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia akan menjadi lebih merata.

Lebih lanjut Johnny menggarisbawahi proses pemerataan telekomunikasi ini sebagai hal yang tidak mudah, terlebih di wilayah 3T.

Wilayah 3T bukan hanya menyajikan tantangan geografis, namun juga tantangan kultural.

"Membangun wilayah 3T sebagaimana kita saksikan tidaklah mudah. Tantangan-tantangan yang tidak saja tantangan geografis, melewati gunung, bukit, ngarai, sungai, lembah, dan selat, tetapi juga tantangan-tantangan kultural di mana harus menyesuaikan dengan kebiasaan-kebiasaan adat setempat," ujar Plate.

Kemudian ada juga tantangan birokrasi baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

"Tantangan administratif birokrasi, baik itu lintas kementerian dan lembaga, maupun kerja bersama pemerintah daerah, pemerintahan provinsi, kabupaten kota bahkan sampai pemerintahan desa," kata Johnny.

"Tantangan Kamtibmas di mana ancaman-ancaman baik terhadap infrastruktur fisik itu sendiri maupun terhadap manpower yang hadir dan membangun di wilayah tersebut," tambahnya.

(lom/fea)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK