Ahli Nilai RI Perlu Kembangkan Konsep Berpikir Digital

CNN Indonesia
Sabtu, 05 Feb 2022 11:59 WIB
Ahli menilai produk yang dijajakan di Indonesia masih konvensional, namun dikemas secara digital.
Ilustrasi ekosistem digital. (Foto: iStock/solidcolours)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pengamat budaya dan komunikasi digital dari Universitas Indonesia, Firman Kurniawan mengatakan Indonesia perlu mengembangkan cara berpikir digital untuk menggantikan cara berpikir konvensional.

Menurut Firman Indonesia saat ini masih dijadikan pasar dalam ekosistem digital.

"Cara berpikir digital, sangat berbeda dengan cara berpikir konvensional. Cara berpikir itulah yang perlu dibangun," ujar Firman kepada CNNIndonesia.com, Kamis (3/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Firman mengatakan ketika berbicara tentang level pemanfaatan perangkat digital untuk produksi, industri digital, dan membangun kemampuan bersaing dengan memanfaatkan perangkat digital kita terlambat memulai.

Firman memberikan contoh pemanfaatan perangkat digital pada teknologi finansial yang model bisnisnya masih konvensional, namun hanya dipercanggih dengan pemanfaatan perangkat digital.

"Model bisnis finansialnya masih konvensional. Hanya dipercanggih dengan pemanfaatan perangkat digital," jelasnya.

"Ini berbeda dengan teknologi financial, yaitu mengembangkan paradigma teknologi untuk layanan finansial. Dengan paradigma ini, inklusi finansial tak harus dilakukan oleh sektor perbankan, namun oleh industri teknologi yang memahami aspek finansial," imbuhnya.

Secara singkat, produk yang dijajakan di Indonesia masih konvensional namun dikemas secara digital.

"Cara berpikir kita hari ini, masih di tahap, aspek konvensional yang dipercanggih oleh teknologi. Belum, bagaimana caranya teknologi dimanfaatkan untuk berbagai hal secara efisien," tutur Firman.

Jika hal tersebut berhasil diubah, misalnya dalam sektor finansial, akan terjadi peningkatan efisiensi dan jangkauan entitas baru yang tadinya tak terlayani oleh perbankan.

Pilar ekosistem digital

Untuk membangun sebuah ekosistem digital, Firman menyebut ada delapan pilar yang perlu dipenuhi secara operasional, yakni pilar faktor produksi, keterhubungan, infrastruktur, institusi dan regulasi, perangkat akses digital, persaingan, produksi digital dan industri digital

Menurut Digital Skills Gap Index (DSG), Indonesia saat ini berada di posisi 47 dari 134 negara dalam segi keunggulan skill digital.

Firman mengatakan, DSGI tidak serta merta tepat untuk digunakan mengukur kondisi ekosistem digital di Indonesia, namun pilar-pilarnya yang cukup identik bisa digunakan sebagai pendekatan pada hal tersebut.

DSGI sendiri mengukur skill digital dalam enam aspek, yaitu

1. Digital skill institutions (keahlian digital institusi)
2. Digital responsiveness (daya tanggap digital)
3. Goverment support (dukungan pemerintah)
4. Supply, demand and competitiveness (Pasokan, permintaan, dan daya saing)
5. Data ethics and integrity (etika data dan integritas)
6. Research Intensity (intensitas penelitian)

(lom/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER