Status Gunung Anak Krakatau Masih Waspada, Belum Perlu Naik Siaga

CNN Indonesia
Rabu, 09 Feb 2022 19:34 WIB
ESDM terus mengevaluasi kondisi Gunung Anak Krakatau untuk mengestimasi potensi ancaman bahaya ke depannya.
Erupsi Gunung Anak Krakatau. (Foto: AFP/STR)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono mengatakan hingga saat ini level gunung api Gunung Anak Krakatau masih berstatus waspada (level II). Pihaknya merasa belum perlu menaikkan status kewaspadaan menjadi siaga atau level III meski gunung tersebut mengalami erupsi belum lama ini.

Eko mengaku pihaknya telah mengevaluasi kondisi Gunung Anak Krakatau.

"Saat ini kami mengevaluasi memang belum perlu ada kenaikan status. Karena tim ini masih melakukan evaluasi data secara menyeluruh untuk mengestimasi potensi ancaman bahaya ke depannya," kata Eko dalam konferensi pers virtual yang diikuti CNNIndonesia.com, Rabu (9/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Eko mengatakan, berdasarkan data pemantauan sejak Desember 2021, terpantau gempa-gempa vulkanik di Gunung Anak Krakatau. Hal ini menunjukkan terjadinya suplai magma dari bawah permukaan.

"Jadi, kondisi ini mengindikasikan terjadinya overpressure pada gunung Gunung Anak Krakatau yang ini sudah kita deteksi sejak Desember 2021. Volume intrusinya belum besar. Ini diindikasikan dari magnitudo gempanya dan pemantauan deformasi," tuturnya.

Adapun peningkatan kegempaan Gunung Anak Krakatau sudah terpantau sejak 21 Januari 2022. Gempa yang terjadi didominasi frekuensi rendah.

"Ini menunjukkan gempa-gempa dangkal, sedangkan kegempaan ini sempat menurun selama dua hari ini dan pada 3 Februari muncul getaran tremor menerus yang diikuti aktivitas hembusan menerus," ujarnya.

Menurut Eko, pemantauan terhadap kondisi Gunung Anak Krakatau terus dilakukan. Pemantauan secara visual dilakukan mulai dari Gunung Pasuruan, Anyar, dan Kalianda, serta CCTV di Gunung Anak Krakatau sendiri.

"Dari CCTV terlihat embusan asap dari arah kawah berwarna putih tipis hingga tebal dengan tekanan lemah sampai sedang," ucapnya.

Selain itu, mulai 3 Februari 2022, teramati embusan asap terus menerus yang berwarna kelabu di Gunung Anak Krakatau. Sedangkan pada 4-6 Februari 2022, teramati aktivitas letusan dengan kolom asap berwarna kelabu. Ketinggian berkisar antara 800 hingga 2.000 meter di atas puncak.

Eko menambahkan, berdasarkan pemantauan dari citra satelit, Gunung Anak Krakatau mengalami aktivitas magmatik yang ditandai dengan terdeteksinya gas SO2. Namun anomali termal belum teramati satelit yang berarti aktivitas yang terjadi didominasi oleh eksplosif atau lontaran material vulkanik daripada aliran lava.

"Selanjutnya data deformasi dari satelit belum mengindikasikan adanya perubahan yang signifikan. Data di lapangan menunjukkan, ada deformasi permukaan dari Gunung Anak Krakatau. Namun belum menunjukkan hal yang signifikan," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani meminta masyarakat tetap waspada dan tidak termakan berita hoaks terkait kondisi Gunung Anak Krakatau.

"Yang penting adalah bahwa kita harus tetap hati-hati dan waspada dan tentunya tidak mempercayai berita berita bohong yang beredar yang tidak diketahui sumbernya," tutupnya.

(hyg/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER