Banyak pihak memahami peluru kendali atau rudal akan meledak setelah mengenai target, namun beberapa jenis, seperti berteknologi termobarik yang dikembangkan Rusia, punya cara kerja lain karena meledak sesaat sebelum menyentuh target.
Rudal jenis termobarik diketahui digunakan Rusia saat menginvasi Ukraina. Termobarik dikembangkan dua negara adidaya, Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet pada 1960-an.
Termobarik sebelumnya sempat dijatuhkan AS ke pasukan Taliban di Afghanistan pada 2017 dan meninggalkan lubang selebar 300 meter meskipun meledak enam kaki di atas tanah, dikutip dari Daily Mail.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rudal memiliki berbagai bentuk dan ukuran, disesuaikan tujuan tertentu. Misalnya, jika ingin mengebom lokasi geografis sangat spesifik, rudal yang digunakan akan berbeda dari rudal untuk menembak jatuh pesawat musuh.
Beberapa rudal dirancang hingga benar-benar mencapai target, atau melakukan kontak fisik dengan target. Sementara yang lain dirancang meledak setelah cukup dekat dengan target yang diinginkan.
Terdapat jenis sekring yang berbeda di tiap rudal. Sekring itulah yang jadi pelatuk apakah rudal harus meledak saat menyentuh target atau pada jarak tertentu dari target.
Berdasarkan mekanisme aktivasinya, sekring secara luas diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, termasuk sekring benturan, sekring jarak, sekring waktu, sekring barometrik, sekring kombinasi dan masih banyak lagi.
Sekring benturan bisa merespon ledakan apabila rudal mengenai objek yang diserang. Jika gagal mengenai target maka rudal akan meledak kapan pun, di mana pun ketika mengenai permukaan padat.
Rudal jenis ini umumnya digunakan untuk menghancurkan bunker dan tank lapis baja, karena mereka memusatkan ledakan yang sangat kuat di area yang lebih terfokus.
Sedangkan sekring jarak menjadi pelatuk bagi rudal yang didesain meledak otomatis ketika 'cukup dekat' dengan target. Ada juga yang ditentukan lebih khusus lagi yaitu misalnya ketika jarak rudal dan target ada pada area yang ditentukan.
Sekring jarak dianggap sudah menjadi mode lazim pada deretan rudal yang diluncurkan untuk menghancurkan sebuah wilayah. Sementara rudal sekring benturan memiliki kelebihan sangat efektif melawan permukaan yang sangat 'keras'.
Rudal dengan sekring benturan tidak efektif menimbulkan banyak kerusakan di area luas, atau ketika mengenai target yang terus bergerak.
Rudal dengan sekring jarak umumnya meledak dalam jarak tertentu dari target mereka. Ada beberapa alasan mengapa meledak sebelum mengenai target.
'Tekanan udara' dari rudal yang meledak di udara bisa menghasilkan lebih banyak kerusakan di area luas tanpa benar-benar mengenai target apapun. Saat bom meledak, pecahan peluru terlempar ke segala arah, yang bisa berakibat fatal, baik bagi struktur maupun personel.
Kemudian gelombang kejut yang dihasilkan ledakan sebelum mencapai target bisa menjatuhkan orang, merusak gendang telinga, hingga menyebabkan kematian.
Untuk mekanisme bom ledakan udara, gelombang kejut yang dihasilkan ledakan rudal pertama kali bergerak menuju tanah, dan kemudian gelombang memantul.
Dengan begitu gelombang kejut terdorong ke area lain, menghasilkan tekanan ke berbagai arah dengan energi yang besar. Hal ini menyebabkan peningkatan eksponensial dalam ledakan, menurut laporan Science ABC.
Sebagai informasi, bom atom yang diledakkan AS di Hiroshima dan Nagasaki pada akhir perang dunia II juga meledak sebelum mencapai target, atau beberapa kaki di atas permukaan tanah.
(can/fea)