Perang Rusia dan Ukraina memicu ketakutan industri otomotif atas memburuknya krisis chip semikonduktor global.
Automotive News menjelaskan hal ini karena Rusia diketahui merupakan salah satu produsen terbesar logam tanah Palladium, yang dipakai untuk pembuatan chip semikonduktor. Sedangkan Ukraina adalah salah satu produsen dan pengekspor Gas Neon terbesar dalam pembuatan chip semikonduktor.
Konflik Rusia dan Ukraina diprediksi akan memperburuk krisis chip global karena kedua negara merupakan kontributor utama atau elemen kunci atas komponen semikonduktor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Federasi Asosiasi Dealer Mobil (FADA) telah menyuarakan keprihatinan bahwa perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung akan sekali lagi memiliki efek riak pada rantai pasokan mobil global.
FADA telah mengubah pandangannya terhadap industri menjadi 'negatif' sampai konflik Rusia-Ukraina berakhir.
"Rusia adalah salah satu produsen terbesar logam tanah jarang terutama Palladium, yang merupakan logam esensial untuk semikonduktor. Ukraina di sisi lain adalah salah satu produsen dan pengekspor Gas Neon terbesar, yang digunakan dalam pembuatan semikonduktor," kata FADA mengutip Auto Hindustan, Senin (7/3).
"Karena perang yang sedang berlangsung, kami sekali lagi khawatir akan kekurangan semikonduktor yang akan menciptakan masalah sisi pasokan tambahan untuk PV," ucap asosiasi itu menambahkan.
Di sisi lain, dengan harga minyak mentah yang tembus US$110, FADA berpikir harga bensin dan solar tidak bakal bertahan terlalu lama.
Krisis chip semikonduktor saat ini dialami banyak pabrikan di berbagai negara akibat kelangkaan yang mulanya diakibatkan pandemi.
Di Indonesia krisis ini juga dialami banyak produsen yang mengakibatkan produksi tertunda sehingga volume penjualan terganggu.
(ryh/fea)