Pakar Sebut Medsos Terpecah Dukung Rusia atau Ukraina

CNN Indonesia
Senin, 07 Mar 2022 15:35 WIB
Ilustrasi hoax. (iStockphoto/awicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Perang Rusia dan Ukraina tak hanya melibatkan persenjataan militer, melainkan juga perang informasi. Pakar menyebut ada kecenderungan media sosial terpecah yang mendukung Rusia dan Ukraina.

Pakar keamanan siber dari CISSReC, Pratama Persadha, menyebut perang informasi tersebut membuat masyarakat perlu hati-hati mengonsumsi berbagai informasi yang beredar agar tak terjerumus hoax.

Pratama mengatakan penyebaran konten pro Ukraina dan pro Rusia terbagi berdasarkan platformnya. Konten pro Ukraina banyak tersebar di Facebook, Instagram, dan Youtube.

"Secara garis besar, konten pro Ukraina ini banyak berseliweran di platform FB, IG dan Youtube, dimana platform tersebut berasal dari AS," ujarnya kepada CNNIndonesia.com pada Senin (7/3).

"Secara langsung konten-konten yang pro Rusia akan sulit muncul di beranda netizen, bahkan banyak yang diblok," imbuhnya.

Sedangkan konten yang mendukung Rusia disebut Pratama banyak beredar di platform TikTok. Menurutnya, TikTok yang berasal dari Tiongkok ini mengambil posisi mendukung Rusia.

"Tiongkok dalam konflik ini mengambil posisi mendukung Rusia. Sehingga kita lihat di TikTok konten pro Rusia dan berbagai konten positif tentang Putin berseliweran dan selalu viral atay FYP (For Your Page, istilah viral di TikTok)," tutur Pratama.

Konten hoax yang beredar selama perang disebut sulit dihindari karena kedua belah pihak beserta para pendukungnya menyebarkan informasi.

"Kedua pihak serta para pendukungnya juga ikut menyebarkan informasi, baik yang fakta maupun hoax selama mendukung pilihan dan pendapat mereka," kata Pratama.

Untuk menghindari paparan hoax, Pratama mengimbau masyarakat agar tidak mudah menyebarkan informasi yang tidak jelas sumber dan kebenarannya.

Ketika mendapat informasi dari sumber yang diragukan, Anda dapat mengecek latar belakang sumber yang menyebarkan informasi tersebut terlebih dulu.

Pengecekan dilakukan untuk melihat apakah konten-konten sebelumnya aman atau justru banyak berisi propaganda dan hasutan.

Selain itu, Pratama juga menyebut pentingnya peran sejumlah pihak seperti media nasiona, influencer, hingga instansi terkait untuk memberikan edukasi pada netizen di tanah air agar tak mudah terpapar hoax.

(lom/fea)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK