Senjata kimia merupakan senjata berbahan kimia, yang dibalut dalam berbagai bentuk. Efeknya bisa berpengaruh pada manusia, hewan dan tumbuhan.
Efek yang ditimbulkan bisa kerusakan organ tubuh ketika terhirup, diserap melalui kulit maupun tertelan lewat kontaminasi makanan atau minuman.
Bahan kimia menjadi dasar senjata ini dan disematkan dalam peluru artileri, ranjau darat, bom udara, hulu ledak, rudal, peluru mortir, granat, tangki semprot atau dengan berbagai cara untuk mengirimkan kepada target.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak semua zat beracun cocok digunakan sebagai senjata kimia. Hanya ada belasan zat kimia yang bisa digunakan sejak 1900.
Senyawa yang digunakan harus sangat beracun dan mudah dibuat. Selain itu bahan kimia juga harus mampu menahan panas jika harus disebar menggunakan bom, ranjau, atau hulu ledak.
Dengan begitu, zat kimia yang digunakan juga harus tahan terhadap air, oksigen di atmosfer agar efektif ketika terdispersi.
Sejak Perang Dunia I, beberapa jenis bahan kimia telah dikembangkan menjadi senjata. Ini membuat targetnya tersedak, berdampak melepuh pada kulit, berdarah, hingga merusak sel saraf.
Melumpuhkan target dengan senjata kimia yang mengakibatkan tersedak pertama kali digunakan tentara Jerman, dan digunakan oleh pasukan sekutu pada Perang Dunia I, dikutip History.
Penggunaan senjata kimia besar-besaran pertama dalam konflik itu terjadi ketika Jerman melepaskan gas klorin dari ribuan silinder sepanjang 6 kilometer di Ypres, Belgia pada 22 April 1915. Gas itu menciptakan awan kimia dan terbawa angin hingga Perancis dan Aljazair.
Senjata kimia tak hanya digunakan untuk perang saja, namun saat ini digunakan untuk pengendali kerusuhan. Dibalut dalam bentuk gas air mata.
Gas air mata membuat target sasaran muntah, sesak napas hingga rasa perih pada mata. Senjata ini biasa digunakan pada kerumunan masa yang tak terkendali.
Kandungan gas air mata yang umum digunakan berbahan chloracetophenone (CN), chloropicrin (PS), dibenz (b,f)(1,4)oxazepine (CR), dan o-chlorobenzylidenemalononitrile (CS).
Penggunaan senjata kimia jenis gas air mata dilarang untuk peperangan oleh CWC, namun diizinkan untuk digunakan pihak kepolisian sebagai pengurai kerumunan, menurut laporan Britannica.
Senjata kimia disangkakan AS telah digunakan Rusia saat menginvasi Ukraina yang kini sudah memasuki pekan ketiga sejak 24 Februari lalu.
AS melontarkan pernyataan itu setelah Menteri Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan AS mendanai pembuatan senjata biologis di Ukraina. Konashenkov mengungkap punya bukti atas hal itu dan telah menjadi perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sejauh ini belum ada pembuktian dari kedua belah pihak tentang penggunaan senjata kimia dan biologi dalam konflik Rusia dan Ukraina.
(can/fea)