Kecelakaan fatal terakhir terjadi pada 2010, dari sebuah pesawat China ketika sebuah Embraer ERJ 190-100 yang dioperasikan oleh Henan Airlines menabrak tanah di dekat landasan pacu di kota timur laut Yichun dan terbakar.
Pesawat itu membawa 96 orang dan 44 di antaranya meninggal. Penyidik mengungkap kesalahan keamanan berada di human error atau kesalahan pilot.
Dewan Keselamatan Transportasi Nasional A.S. me-tweet pada hari Senin mereka telah memilih senior penerbangan untuk membantu penyelidikan kecelakaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Administrasi Penerbangan Federal AS, yang mensertifikasi 737-800 pada 1990-an, mengatakan siap membantu penyelidikan jika diminta.
Boeing yang berbasis di Chicago mengatakan telah melakukan kontak dengan dewan keselamatan AS, dan pakar teknisi Boeing siap membantu penyelidikan yang dipimpin oleh Administrasi Penerbangan Sipil China.
Dewan keselamatan mengatakan pembuat mesin CFM, perusahaan patungan antara General Electric dan Safran Prancis, akan memberikan bantuan teknis pada masalah mesin.
Investigasi kecelakaan biasanya dipimpin oleh otoritas di negara tempat kecelakaan itu terjadi, tetapi biasanya melibatkan pabrikan pesawat dan penyelidik atau regulator di negara asal pabrikan.
Berkantor pusat di Shanghai, China Eastern adalah salah satu dari tiga maskapai teratas di negara itu, mengoperasikan sejumlah rute domestik dan internasional yang melayani 248 tujuan.
Pesawat tersebut dikirim dari Boeing pada Juni 2015, dan telah terbang selama lebih dari enam tahun, menurut laporan Associated Press.
China Eastern Airlines menggunakan Boeing 737-800 sebagai pekerja keras armadanya. Maskapai ini memiliki lebih dari 600 pesawat, dan 109 di antaranya adalah Boeing 737-800.
China Eastern membentuk sembilan tim untuk menangani pembuangan pesawat, investigasi kecelakaan, bantuan keluarga dan hal-hal mendesak lainnya.
Insiden kecelakaan itu dengan cepat menjadi topik utama di platform Weibo mirip Twitter di China, dengan 1,34 miliar obrolan dan 690.000 diskusi.
Banyak postingan menyatakan belasungkawa kepada keluarga korban, sementara yang lain mempertanyakan keselamatan pesawat.
Boeing 737 bermesin ganda dan dalam berbagai versi telah terbang selama lebih dari 50 tahun. Pesawat ini merupakan salah satu pesawat paling populer di dunia untuk penerbangan jarak pendek dan menengah.
737 Max, versi yang lebih baru, dilarang terbang selama sekitar 20 bulan setelah kecelakaan di Indonesia dan Ethiopia yang menewaskan 346 orang.
Pada bulan Desember, regulator penerbangan China mengizinkan Max untuk kembali beroperasi, menjadikan negara itu pasar utama terakhir yang melakukannya, meskipun maskapai China belum melanjutkan menerbangkan Max.
Kecelakaan paling mematikan yang melibatkan Boeing 737-800 terjadi pada Januari 2020, ketika Pengawal Revolusi paramiliter Iran secara tidak sengaja menembak jatuh sebuah penerbangan Ukraine International Airlines, menewaskan semua 176 orang di dalamnya.
(can/mik)