Kegagalan katastropik dapat mempengaruhi satu atau lebih struktur atau sistem pesawat yang kritis, sehingga menyulitkan atau tidak mungkin bagi awak untuk mendaratkan pesawat dengan aman.
Kegagalan katastropik adalah terganggunya atau penyimpangan fungsi kontrol pesawat yang bisa menyebabkan kerusakan berantai (chain of damage) atau berupa kegagalan berantai (chain of failure) yang bisa bersifat fatal dan menyeluruh.
Peristiwa yang paling terkenal adalah "keajaiban di Hudson" pada 2009, ketika US Airways Penerbangan 1549 lepas landas dari Bandara LaGuardia di New York.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pesawat menabrak beberapa burung di langit, lalu kehilangan kedua mesin dan kemudian berhasil dipandu ke pendaratan yang aman.
Tetapi ketika pesawat berada di ketinggian jelajah, para ahli mengatakan burung tidak lagi menjadi ancaman.
Jadi setelah tanda sabuk pengaman berbunyi, penumpang dapat bersantai dan menikmati penerbangan, menurut Majalah Time.
Curtis mengatakan beberapa pesawat memiliki sistem cadangan atau prosedur di pesawat. Namun biasanya sistem cadangan ini bisa digunakan dalam kondisi darurat penerbangan.
Diketahui saat ini pesawat memiliki sejumlah teknologi yang sangat andal sehingga kegagalan teknis sangat tidak mungkin terjadi dalam operasi reguler.
Dalam 75 persen hingga 80 persen kasus kecelakaan, NPR mencatat kesalahan ada pada manusia, baik oleh pilot atau oleh pengontrol lalu lintas udara (ATC).
Sabotase adalah satu-satunya alasan terbesar untuk kecelakaan dalam perjalanan.
Max Kingsley-Jones, seorang reporter untuk sebuah majalan penerbangan, Flight Global menjelaskan penyebab pesawat jatuh, di antaranya adanya sabotase.
Ia mengatakan total 46 pesawat jet buatan barat telah jatuh dengan hilangnya semua penumpang. Dari jumlah tersebut, 13 kasus disebabkan oleh sabotase, dua lagi oleh pembajakan dan satu ditembak jatuh.
Tiga lagi disebabkan oleh penyebab yang belum ditentukan di mana awak pesawat diduga bunuh diri.
Dia mencatat dalam beberapa kasus, isiden kecelakaan dalam penerbangan terjadi begitu cepat sehingga awak pesawat tidak dapat mengeluarkan segala bentuk mayday.
Saat menghadapi krisis, tugas utama pilot adalah mempertahankan kendali atas pesawat. Hal itu ditemukan pada kasus hilangnya komunikasi dari pesawat Malaysia Airlines.
"Jika pilot terganggu oleh hal lain, maka berbicara dengan pengendali lalu lintas udara bukanlah prioritas," kata John Cox, mantan pilot maskapai komersial.
Dia mencatat jika tidak ada komunikasi, itu berarti sesuatu yang mengerikan telah terjadi, atau kru tidak menyadari apa yang terjadi.
Rekaman kotak hitam dalam kasus hilangnya komunikasi menunjukkan pilot tampaknya tidak menyadari pesawat akan jatuh hingga beberapa detik sebelum badan pesawat menyentuh air.
(can/mik)