Cara Satelit Ungkap Bukti Pembantaian di Bucha Ukraina

CNN Indonesia
Rabu, 06 Apr 2022 17:01 WIB
Satelit WorldView-3 Maxar Technologies bisa menangkap kuburan massal dan jasad warga sipil di kota Bucha, Ukraina, karena beresolusi dan berkecepatan tinggi.
Satelit menunjukkan pergerakan militer Rusia di Ukraina. (Foto: via REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tangkapan satelit menunjukkan gambar yang diduga kuat kuburan massal dan tubuh dari warga yang tersebar di jalanan kota Bucha, Ukraina, yang disebut sebagai bukti pembantaian Rusia.

Sebelumnya, Rusia mulai menyerang Ukraina dengan melakukan pemboman sejumlah kota sejak 24 Februari. Pasukan darat atau infantri kemudian meringsek masuk. Sejak itu, korban mulai berjatuhan. 

Dikutip dari Livescience, Satelit WorldView-3 Maxar Technologies mengambil sejumlah gambar di kota Bucha, Ukraina, selama invasi Rusia. Di antaranya, foto yang menunjukkan jasad warga yang diduga sudah tergeletak selama tiga pekan.

Gambar yang diambil pada Kamis (31/3) bahkan menunjukkan kuburan massal di sebidang tanah dekat gereja dengan parit sepanjang 14 meter; sebuah gambar yang diambil pada Kamis (10/3) yang menunjukkan proses awal penggalian kuburan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Maxar merupakan sebuah perusahaan satelit yang menyediakan 90 persen gambar geospasial untuk intelijen Amerika Serikat (AS) serta sejumlah perusahaan seperti Google Earth dan Google Maps.

Satelit WorldView-3 Maxar Technologies menggunakan gambar berwarna beresolusi 12 inci (31 sentimeter). Kamera satelit ini mampu membedakan gelap dan terang, serta perbedaan warna untuk melihat orang, mobil, atau objek-objek yang berukuran kecil.

Sebagai perbandingan, satelit Landsat Imagers milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memiliki resolusi 50 kaki (15 meter) yang dapat memotret danau, hutan dan gunung. Namun, kamera satelit ini tidak dapat mengidentifikasi objek kecil seperti manusia atau kawasan perumahan.

Maxar kini memiliki empat satelit di orbit yang bergerak sinkron di bagian yang menghadap Matahari. Hal ini memungkinkan satelit terus-menerus menangkap bagian-bagian Bumi yang berada di waktu siang.

WorldView-3 Maxar beroperasi pada ketinggian 618 kilometer, dan dapat kembali ke posisi yang sebelumnya dipotret dalam waktu kurang dari sehari. Namun, kemampuannya untuk kembali ke lokasi yang sama secara efektif bergantung pada kondisi cuaca.

Kemampuan untuk menangkap kembali gambar dari tempat yang sama dengan sangat sering inilah yang membantu satelit mengaitkan pembantaian tersebut dengan pendudukan kota oleh pasukan Rusia.

Dari sembilan gambar yang diambil pada 18, 19, dan 31 Maret yang diberikan kepada Reuters, empat di antaranya menunjukkan mayat tergeletak di Jalan Yablonska, salah jalan di kota Bucha itu.

Sekelompok foto terpisah yang diberikan kepada The New York Times juga dapat mengkonfirmasi lokasi jasad-jasad itu.

Pasukan Ukraina mengatakan mereka menemukan mayat-mayat itu saat memasuki Bucha, yang hanya berjarak 30 kilometer barat laut Kyiv, pada Jumat (1/4) setelah penarikan militer Rusia dari daerah itu, pekan lalu.

"Kami menemukan kuburan massal yang dipenuhi warga sipil. Kami menemukan orang-orang dengan tangan dan kaki terikat dan dengan lubang peluru di bagian belakang kepala mereka," Sergey Nikiforov, juru bicara presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengatakan kepada acara Sunday Morning BBC.

Dalam sebuah unggahan di Telegram, Minggu (3/4), Kementerian Pertahanan Rusia membantah terlibat dengan pembunuhan itu. Mereka mengklaim jenazah-jenazah itu ditempatkan di jalan-jalan setelah pasukan Rusia menarik diri dari kota itu, 30 Maret.

Namun, foto-foto yang diambil oleh Maxar bertentangan dengan klaim Rusia tersebut. Sejumlah jenazah warga sipil yang tergeletak di jalan-jalan, dan kuburan massal pertama yang digali di halaman gereja, tampak muncul beberapa pekan sebelum pasukan Rusia mundur dari kota ini.

PBB dan Human Rights Watch telah menyerukan penyelidikan independen atas insiden di Bucha. Michelle Bachelet, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia membuka kemungkinan kasus ini tergolong kejahatan perang.

"Laporan yang muncul dari wilayah ini dan lainnya menimbulkan pertanyaan serius dan mengganggu tentang kemungkinan kejahatan perang serta pelanggaran berat hukum humaniter internasional dan pelanggaran serius hukum hak asasi manusia internasional," kata dia.

(lom/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER