Sistem Starstreak, yang dibuat oleh perusahaan asal Prancis, Thales, merupakan senjata jenis pertahanan udara jarak pendek (Short Range Air Defence/Shorad) berkecepatan tinggi.
Perusahaan mendeskripsikan Starstreak sebagai sebagai senjata untuk menyerang pesawat tempur fixed-wing dan helikopter.
Senjata yang terbilang kecil ini bisa dikendalikan dengan remot, dipasang di kendaraan tempur, atau diluncurkan dari pundak tentara menggunakan Shoulder-Launched (SL) dan Lighweight Multiple Launcher (LML).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Rudal yang sudah dipakai sejumlah negara selama 19 tahun terakhir ini pertama kali digunakan pada konflik Irak pada 2003. Starstreak yang ada saat ini merupakan generasi kelima yang disebut memiliki kemampuan signifikan melacak target dan kian mudah digunakan.
Rudal Starstreak terdiri dari tiga 'anak panah' berbahan logam tungsten bertenaga motor roket. Anak panah itu mampu melesat hingga melebihi Mach 3 (sekitar 3.700 km per jam), dipandu sistem kontrol panas untuk memastikan akurasi dan dikatakan hampir tak ada yang bisa mencegahnya.
Karateristik ini membuat Starstreak efisien karena pilot hanya punya waktu sedikit untuk bereaksi.
Rudal Hypersonic Air-breathing Weapon Concept (HAWC) milik Amerika Serikat diklaim memiliki bisa melaju pada kecepatan tinggi dengan efisiensi yang baik.
Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), Air Force Research Lab (AFRL), Lockheed Martin (LMT) serta tim Aerojet Rocketdyne (AJRD) berhasil menguji coba rudal HAWC hingga mencapai kecepatan lebih dari Mach 5 (sekitar 5.000 km per jam) pada ketinggian lebih dari 65.000 kaki.
John Clark, wakil presiden dan manajer umum Lockheed Martin Skunk Works® sebagai produsen HAWC, menyebut senjata ini memiliki sistem Hypersonic Air-breathing yang membuatnya hemat biaya.
Dengan keunggulan-keunggulan itu, rudal jenis ini disebut berpotensi untuk digunakan dalam operasi militer jarak yang lebih jauh dan waktu respons yang lebih pendek bagi musuh.
Dilansir Global Security, HAWC mampu terbang dalam kecepatan hipersonik pada suhu tinggi secara efisien lantaran memiliki pendorong bertenaga scramjet hidrokarbon.
Pada intinya, dikutip dari situs DARPA, sistem semacam itu dapat memberikan hasil yang signifikan untuk operasi serangan ofensif AS di masa depan yang efektif dan terjangkau, terutama ketika musuh meningkat.
(ttf/arh)