3 Fakta Wisata ke ISS Pakai SpaceX di Tengah Ketegangan Rusia-Ukraina
Perjalanan wisata pertama NASA membawa turis ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) menggunakan pesawat luar angkasa SpaceX Crew Dragon Endeavour berhasil dilakukan.
NASA membawa tiga pria dan satu orang pensiunan astronaut NASA untuk menghabiskan 10 hari di orbit, dan 8 hari di ISS.
Mereka yang tergabung dalam misi AX-1 adalah Michael Lopez-Alegría, mantan astronot NASA yang menjadi karyawan Axiom yang memimpin misi, pengusaha Israel Eytan Stibbe, investor Kanada Mark Pathy serta tokoh real estate yang berbasis di Ohio, Larry Connor.
Setelah mencapai ISS turis tersebut bergabung dengan tujuh astronaut profesional yang sudah berada lebih dulu di stasiun luar angkasa, termasuk tiga astronaut NASA, seorang astronaut Jerman dan tiga kosmonot Rusia.
Misi diluncurkan dari Kennedy Space Center di Florida, Amerika Serikat (AS) pada Jumat pagi waktu setempat. Dan pesawat ruang angkasa tersebut menghabiskan sekitar 20 jam terbang bebas melalui orbit saat bermanuver lebih dekat ke ISS.
Berikut 3 Fakta Menarik Penerbangan Turis ke Luar Angkasa Pakai SpaceX dilansir dari CNN:
1. Harga fantastis
Axiom sebelumnya mengungkapkan harga US$55 juta per kursi atau sekitar Rp790 miliar untuk perjalanan 10 hari ke ISS. Misi ini hasil kolaborasi Axiom, SpaceX dan NASA.
Dirincikan CNN, untuk makan di luar angkasa saja dibutuhkan biaya US$2 ribu atau Rp28 juta per hari, per orang. Untuk perbekalan ke dan dari stasiun luar angkasa untuk kru komersial adalah US$88 ribu (Rp126 juta) hingga US$164 ribu (Rp235 juta) per orang, per hari.
2. Awak kapal yang berpengalaman
Adalah Lopez-Alegría, seorang veteran yang sudah mencicipi empat perjalanan ke luar angkasa antara 1995 dan 2007 ketika ia masih berseragam NASA. Kali ini, ia berkesempatan memimpin misi membawa turis ke ISS sebagai karyawan Axiom.
3. Di tengah konflik Rusia dan Ukraina
Rusia adalah mitra utama AS di ISS, dan stasiun luar angkasa telah lama dipuji sebagai simbol kerja sama pasca "perang dingin" kedua negara.
Hubungan AS-Rusia di lapangan, dianggap telah mencapai puncaknya di tengah invasi Rusia ke Ukraina. AS dan sekutunya telah memberikan sanksi yang berat terhadap Rusia dan negara itu telah membalas dengan berbagai cara, termasuk dengan menolak menjual mesin roket Rusia ke perusahaan-perusahaan AS.
Kepala badan antariksa Rusia, Roscosmos, bahkan telah mengungkapkan ancamannya untuk menarik diri dari perjanjian ISS. Terlepas dari semua keributan, NASA telah berulang kali berusaha meyakinkan bahwa, di balik layar, NASA dan rekan-rekan Rusianya bekerja sama dengan mulus.
"NASA mengetahui komentar baru-baru ini mengenai Stasiun Luar Angkasa Internasional. Sanksi AS dan tindakan kontrol ekspor terus memungkinkan kerja sama ruang angkasa antara AS-Rusia di stasiun ruang angkasa," kata Administrator NASA Bill Nelson dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.
"Hubungan profesional antara mitra internasional, astronaut, dan kosmonot kami berlanjut untuk keselamatan dan misi semua orang di ISS," tutup Nelson.
(ttj/mik)