Lempeng Tektonik Tertua Ditemukan di China Berusia 2,5 Miliar Tahun
Sebuah studi menemukan formasi batuan unik yang diketahui sebagai lempeng tektonik tertua di China. Lempengan itu berada di bawah lempengan lain sekitar 2,5 miliar sampai 4 miliar tahun lalu.
Batuan berusia 2,5 miliar tahun ini dikenal sebagai "eklogit" yang jarang ditemukan. Batuan ini terbentuk ketika kerak samudera didorong jauh ke dalam mantel atau layar antara kerak dan inti pada suhu yang relatif rendah.
"Jenis batuan bertekanan tinggi dan bersuhu rendah ini sebagian besar terbatas pada zona subduksi di Bumi saat ini," kata ketua tim peneliti Timothy Kusky dan Lu Wang, ilmuwan Bumi di China University of Geosciences, dikutip Live Science, Rabu (20/4).
Studi yang terbit secara online di The Journal Proceeding of the National Academy of Science4 April lalu itu mengungkapkan eklogit tertua yang diketahui dari sabuk gunung kuno yang ditemukan di kerak samudera bumi.
Batuan tertua berikutnya dari jenis ini, yakni batuan berusia 2,1 miliar tahun yang ditemukan di Kongo atau sekitar 400 juta tahun lebih muda dari yang ditemukan di China.
Meskipun belum terbukti sebagai yang tertua dari tektonik lempeng yang pernah tercatat, tapi penemuan ini menunjukkan, secara geologis lempeng tektonik saling subduksi di bawah bumi.
Lempeng tektonik, atau lempengan bergerak yang membentuk kerak luar Bumi "bertanggung jawab" atas siklus material dan elemen dari dalam Bumi ke lautan, permukaan dan atmosfer.
"Sejak terbentuk dan menjadi dingin dari bola magma yang meleleh di luar angkasa, hingga saat membeku, membentuk kerak luar yang kaku yang berevolusi sampai menjadi lempeng tektonik yang kita miliki saat ini," kata Kusky dan Wang.
Lempeng tektonik sangat penting untuk memanaskan planet ini. Karena lempeng tektonik yang bergerak bisa membuat panas hilang dari bagian dalam.
Lihat Juga : |
Meskipun transisi dari lempeng tektonik Bumi terjadi lebih cepat, atau planet berevolusi melalui tahapan yang berbeda dan didominasi oleh mekanisme pelepasan berbeda adalah salah satu pertanyaan yang paling belum terselesaikan dan diperdebatkan dalam ilmu Bumi saat ini.
Itu sebabnya, selama 20 tahun terakhir, tim peneliti telah memetakan batuan Archean eon yang membentang sekitar 990 mil (1.600 kilometer) di China Utara.
"Sabuk gunung kuno, yang disebut orogen, merekam tempat di mana dua lempeng tektonik bertabrakan sekitar 2,5 miliar. tahun lalu," ungkap Kusky dan Wang.
Banyak keunikan pada batuan ini menunjukkan, sabuk gunung purba terbentuk sebagai lempeng tektonik yang berinteraksi satu sama lain dilansir earthtimes.
Misalnya, fragmen kerak samudera yang disebut ofiolit terperangkap di zona tumbukan purba, seperti campuran batuan yang sangat terdeformasi yang disebut mélanges (bahasa Prancis untuk "campuran") yang menandai titik-titik di mana lempeng-lempeng itu bertabrakan.
Tim peneliti juga menemukan struktur lipatan besar yang disebut nappes, yakni lempeng tektonik yang didorong dari ratusan hingga ribuan mil jauhnya.
Penemuan eklogit di dalam melange mengungkapkan, lempeng tektonik dari kerak samudera menunjam di bawah lempeng lain, bermetamorfosis, memiliki komposisi, tekstur, atau struktur internal yang diubah oleh panas dan tekanan.
"Sangat jarang untuk menemukan eclogites dari Archean eon, yang telah menyebabkan pernyataan bahwa lempeng tektonik modern tidak beroperasi di Archean. Jadi, menemukan eklogit, indikator kunci subduksi dalam dan dingin, sangat signifikan," ucap Kusky dan Wang.
Analisis laboratorium terhadap eklogit dari situs tersebut mengungkapkan, mereka terbentuk di pegunungan samudera yang menyebar sekitar 2,5 miliar tahun yang lalu. Batuan tersebut diangkut melintasi dasar laut dan kemudian didorong ke dalam mantel melalui subduksi.
(ttj/mik/mik/mik)