Alasan Vaksin Pfizer-Moderna Lebih Efektif dari Sinovac-Sinopharm

CNN Indonesia
Kamis, 21 Apr 2022 03:20 WIB
Vaksin Covid-19 jenis mRNA seperti Pfizer dan Moderna lebih efektif ketimbang Sinovac dan Sinopharm.fi
Ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Orang-orang yang menerima vaksin jenis Sinovac dan Sinopharm disebut lebih rentan jika dibanding mereka yang menerima vaksin jenis mRNA seperti Pfizer dan Moderna.

Ahli penyakit menular dari National Center for Infectious Diseases (NCID) dan Kementerian Kesehatan (MOH) Singapura menyebut mereka yang menerima vaksin Sinovac 4,59 kali lebih mungkin mengalami Covid-19 parah ketimbang penerima Pfizer-BioNTech. Selain itu dikatakan juga 2,37 kali lebih mungkin terinfeksi daripada Pfizer-BioNTech.

Penyakit parah dalam kasus Covid-19 didefinisikan sebagai mereka yang membutuhkan bantuan oksigen di rumah sakit, masuk unit perawatan intensif (ICU) atau kematian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian penelitian tersebut menunjukkan vaksin Moderna lebih efektif mencegah penyakit parah daripada vaksin Pfizer-BioNTech.

Dilansir dari Channel News Asia, mereka yang menerima vaksin Moderna ditemukan 0,42 kali lebih mungkin mengembangkan Covid-19 parah daripada penerima Pfizer-BioNTech, dan mereka juga lebih kecil kemungkinannya terinfeksi.

Mengutip laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, efektivitas yang lebih tinggi dari vaksin Moderna kemungkinan karena kandungan mRNA yang lebih tinggi dan interval waktu yang lebih lama antara suntikan.

Vaksin Pfizer dan Moderna yang menggunakan teknologi mRNA disebut sebagai dua vaksin yang paling efektif yang pernah dikembangkan untuk melawan Covid-19. Kedua vaksin ini memiliki efektivitas 90 persen mencegah infeksi.

Meski kasus penularan terus meningkat dengan munculnya varian Delta dan Omicron, vaksin mRNA tetap cukup efektif mencegah kasus rawat inap dan kematian.

Sebuah studi terbaru dari para peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di Rumah Sakit Penelitian Anak St. Louis dan St. Jude menyoroti kualitas respons imun yang dipicu vaksin mRNA.

Studi menunjukkan vaksin Pfizer secara kuat dan terus-menerus mengaktifkan sejenis sel kekebalan pembantu yang membantu sel penghasil antibodi menciptakan sejumlah besar antibodi yang semakin kuat dan juga mendorong pengembangan beberapa jenis memori kekebalan.

Sel tersebut dikenal sebagai sel pembantu folikel T. Sel-sel ini bertahan hingga enam bulan setelah vaksinasi dan membantu tubuh menghasilkan antibodi yang lebih baik.

Kemudian setelah sel-sel penolong ini menghilang, sel-sel penghasil antibodi dan sel-sel memori B membantu memberikan perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian.

"Semakin lama sel pembantu T follicular memberikan bantuan, semakin baik antibodi dan semakin besar kemungkinan Anda memiliki respons memori yang baik," kata Philip Mudd, penulis penelitian sekaligus asisten profesor pengobatan darurat di Universitas Washington, seperti dikutip dari Sekolah Medis St. Louis Universitas Washington.

"Dalam penelitian ini, kami menemukan respons sel pembantu folikel T ini terus berlanjut. Terlebih lagi, beberapa dari mereka merespons satu bagian dari protein lonjakan virus yang memiliki sedikit variasi di dalamnya. Dengan variannya, terutama delta dan sekarang omicron, kami telah melihat beberapa peningkatan infeksi, tetapi vaksin telah bertahan dengan sangat baik dalam hal mencegah penyakit parah dan kematian. Saya pikir respons penolong folikel T yang kuat ini adalah bagian dari alasan mengapa vaksin mRNA terus dapat memberi proteksi," tambahnya.

Catatan Redaksi: Judul berita ini telah diubah dari mulanya "Alasan Vaksin Sinovac-Sinopharm Lebih Efektif dari Pfizer-Moderna" menjadi "Alasan Vaksin Pfizer-Moderna Lebih Efektif dari Sinovac-Sinopharm", pada Kamis (21/4) pukul 08.40 WIB. Redaksi meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan.



(lom/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER