Gelombang Panas India-Pakistan Bakal Uji Kemampuan Hidup Manusia
Sebagian wilayah India dan Pakistan mengalami kenaikan suhu signifikan dan membahayakan jutaan nyawa. Fenomena ini merupakan dampak krisis iklim.
Menurut Departemen Meteorologi India (IMD), sepanjang April, suhu maksimum rata-rata di barat laut India mencapai 35,9 celcius. Sementara bagian utara India bahkan mencapai 37.78 derasat celcius.
Hal itu berdampak pada penutupan sekolah-sekolah, gagal panen, hingga merosotnya stok batu bara. Pemerintah India menutup sekolah dan meminta warganya untuk tetap berada di dalam rumah agar terhindar dari dehidrasi.
Dalam beberapa tahun terakhir, baik pemerintah federal maupun negara bagian India telah menerapkan sejumlah langkah untuk mengurangi dampak gelombang panas. Namun menurut Penulis Utama IPCC dan Peneliti Senior di Institut Permukiman Manusia India, Chadni Singh, lebih banyak yang harus dilakukan untuk mempersiapkan gelombang panas di masa depan.
"Anda harus beradaptasi sebanyak-banyaknya. Gelombang panas ini menguji batas kemampuan bertahan hidup manusia. [Apalagi] India tidak memiliki rencana mengatasi gelombang panas [jangka panjang] dan ada kesenjangan dalam perencanaan," kata Singh seperti dilansir dari CNN, Selasa (5/4).
Sejauh ini, Kementerian Tenaga Listrik India menyebut stok batubara di tiga dari lima pembangkit listrik yang diandalkan Delhi untuk memasok listriknya turun di bawah 25 persen.
India membatalkan lebih dari 650 kereta penumpang hingga akhir Mei untuk memprioritaskan kereta kargo. Pasalnya, India saat ini sedang berjuang untuk mengisi kembali stok batu bara di pembangkit listrik.
Selain penutupan sekolah dan kehilangan stok batu bara, India juga mengalami gagal panen. Punjab Utara yang dikenal sebagai "keranjang roti India" mengalami peningkatan suhu rata-rata hingga 7 derajat celcius dan berdampak pada hasil gandum.
"Karena gelombang panas, kami kehilangan lebih dari 5 kuintal (500 kilogram) per hektare hasil panen April kami," kata Singh.
Chandni Singh mengatakan pekerja pertanian lebih mungkin menderita panas yang menyengat.
"Orang-orang yang bekerja di luar rumah -- petani, pekerja konstruksi, pekerja kasar -- akan lebih menderita. Mereka memiliki lebih sedikit pilihan untuk mendinginkan diri dan tidak bisa menghindari panas," katanya.
Selama bulan April, New Delhi sempat merasakan suhu di atas 40 derajat celcius selama tujuh hari berturut. Artinya, ini merupakan tiga derajat di atas suhu rata-rata April.
Tak hanya India, Pakistan dan kota-kota Jacobabad dan Sibi di Provinsi Sindh juga mengalami gelombang panas hingga 47 derajat celcius.
"Ini adalah pertama kalinya dalam beberapa dekade Pakistan mengalami apa yang disebut banyak orang sebagai 'tahun tanpa musim semi'," ujar Menteri Perubahan Iklim Pakistan, Sherry Rehman.
Para ahli mengungkapkan krisis iklim akan menyebabkan gelombang panas terjadi lebih sering dan dalam waktu lebih lama. Terlebih, fenomena ini dapat memengaruhi lebih dari satu miliar orang kedua negara itu. Menurut Chadni Singh, India akan menjadi salah satu negara yang terdampak paling parah akibat krisis iklim.
"Gelombang panas ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya," kata Dr. Chandni Singh.
"Kami telah melihat perubahan dalam intensitas, waktu kedatangan, dan durasinya. Inilah yang diprediksi oleh para ahli iklim dan akan berdampak berjenjang pada kesehatan," ungkapnya.
(cyn/agt)