Bandung 'Ngelekeb', Suhu Lampaui Batas Normal Diprediksi hingga Juni
Suhu maksimum di Kota Bandung selama seminggu terakhir yang terpantau berkisar antara 29,6 hingga 31,6 derajat Celcius atau melebihi suhu maksimum normal Kota Kembang yaitu 28,8 derajat Celcius.
Selain suhu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung Teguh Rahayu menerangkan kelembaban relatif Kota Bandung dalam sepekan terakhir berkisar antara 89 persen-91 persen. Sementara, nilai normalnya 88 persen.
"Perpaduan antara suhu tinggi dengan kelembaban relatif yang tinggi menjadi penyebab utama mengapa suhu atau cuaca di wilayah Bandung raya seminggu terakhir ini terasa panas dan gerah atau ngelekeb dalam bahasa Sunda," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (9/5).
Rahayu menjelaskan fenomena itu dipicu oleh posisi gerak semu matahari yang pada saat ini berada di sekitar ekuator serta kondisi pertumbuhan awan di wilayah Jawa Barat dan Pulau Jawa pada umumnya berkurang.
"Dengan berkurangnya jumlah awan di atmosfer, maka energi matahari yang diterima permukaan bumi semakin banyak hingga cuaca pada siang hari terasa semakin panas dan lembab," ujarnya.
Di samping itu, Suhu Permukaan Laut (SPL) masih tinggi sehingga udara terasa lembab karena proses evaporasi (penguapan) dan evapotranspirasi (penguapan dari tumbuhan) masih tinggi.
Dia menyebut perubahan fase air dari cair menjadi gas juga menyebabkan tingkat kelembapan udara di atmosfer menjadi tinggi.
"Kelembaban relatif (Relative Humidity/RH) menyatakan perbandingan tekanan uap air dan tekanan uap air jenuh pada suhu yang sama dengan satuan persen. Suhu udaranya tinggi mencerminkan kemampuan menampung uap air juga tinggi," tutur Rahayu.
Menurut Rahayu, kondisi ini diprediksi akan tetap berlangsung hingga akhir Mei atau akhir musim peralihan.
"Musim kemarau diprediksi akan segera memasuki Bandung raya pada awal hingga pertengahan Juni 2022," katanya.
Selain Bandung, cuaca panas juga melanda berbagai kota, termasuk Jakarta, hingga melampaui batas normal.
(hyg/arh)