Elon Musk Sepakat Komisi Bursa Harus Selidiki Isu Akun Bot Twitter
CEO Space X dan Tesla Elon Musk belum berhenti menyindir Twitter soal jumlah akun riil dan pengguna aktifnya. Ia pun meminta Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) ikut campur dalam masalah ini.
Sebelumnya, Musk menunda proses akuisisi Twitter dengan dalih ketiadaan jaminan bahwa angka akun bot atau spam di bawah 5 persen.
"Twitter mengklaim bahwa pengguna aktifnya sehari-hari yang nyata lebih dari 95 persen. Apakah ada di sini yang mengalaminya?" kicau Musk, lewat sebuah jajak pendapat via Twitter, Selasa (17/5).
Voting itu kemudian diikuti oleh 1,595,835 warga Twitter. Hasilnya, 52 persen memilih opsi dua emoji tertawa terbahak-bahak dan 48 persen memilih "Who me!? (yang diikuti emoji robot)".
Salah satu pengikutnya, akun @EvaFoxU, berkomentar bahwa SEC mestinya menginvestigasi masalah akun bot ini.
"SEC harus menyelidiki apakah klaim Twitter itu benar. Jika ternyata Twitter berbohong dalam penawaran [Musk soal pembelian 100 persen saham] resmi, maka konsekuensi serius dan ketidakpercayaan investor menanti," kicaunya.
Musk lalu meresponsnya sambil menandai akun resmi SEC, "Halo @SECGOV, ada orang di rumah?".
Sejak mengajukan tawaran mengakuisisi Twitter senilai US$54,2 per lembar sahamnya bulan lalu, miliarder berusia 50 tahun itu rewel soal pengguna aktif, spam, dan akun bot di Twitter.
Musk sangsi dengan estimasi Twitter yang menyebut jumlah akun bot dan spam di bawah 5 persen. Ia pun sempat mengomentari utas CEO Twitter Parag Agrawal soal spam dan akun bot ini.
"Kami tahu beberapa [akun spam] masih lolos. Kami mengukur ini secara internal. Dan setiap kuartal, kami memperkirakan bahwa <5% dari mDAU (monetizable daily active usage or users/pengguna atau penggunaan aktif harian yang dapat dimonetisasi) yang dilaporkan untuk kuartal tersebut adalah akun spam," ungkap Agrawal.
Dan Ives, analis dari WedBush Securities, menyebut aksi Musk itu membuat proses akuisisi Twitter seperti sirkus.
"Karakter Musk yang membuat ketidakpastian lewat satu kicauan sangat merepotkan kita dan sekarang membuat proses akuisisi ini seperti sirkus yang penuh ketidakpastian dan jawaban konkret," kata Ives seperti dilansir BBC.
Hingga kini, akuisisi Musk terhadap Twitter belum tuntas. Pasalnya, para pemegang saham Twitter belum mencapai kata sepakat soal harga.
Musk sebelumnya sepakat mengakuisisi Twitter di angka $44 miliar. Sejak kesepakatan itu diumumkan, ia juga kerap mengungkapkan rencana perubahan untuk Twitter.
Beberapa di antaranya adalah mewajibkan akun pemerintah dan komersil berbayar. Selain itu, Musk juga berencana mengembalikan beberapa akun yang dicabut semisal akun milik Donald Trump.
(nto/arh)