Peneliti menyebut dunia lain seperti refleksi di cermin adalah salah satu jalan memecahkan misteri alam semesta yang selama ini tak pernah diketahui.
Makalah pertama yang membahas tentang dunia cermin itu ditulis oleh Latham Boyle, seorang fisikawan dari Institut Perimeter di Ontario, Kanada bersama rekan-rekannya. Makalah ini diterbitkan pada 2018 di jurnal Physical Review Letters.
Penelitian Boyle adalah ekspansi untuk menutup lubang dalam teori yang menceritakan kisah asal mula alam semesta, Lambda-Cold Dark Matter (ΛCDM).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam teorinya, Boyle mengibaratkan alam semesta berbentuk bulat dan datar. Pada area tersebut, semakin jauh ke ujung alam semesta, semakin mundur pula waktu, bahkan hingga ke masa kelahirannya.
Dilansir Live Science, ketika para astronom melihat lebih jauh ke luar angkasa, mereka sebenarnya tengah melihat ke masa lalu.
Galaksi terjauh yang bisa kita lihat, GN-z11, tampak berada pada periode 13,4 miliar tahun yang lalu, atau 400 juta tahun setelah Big Bang.
Sebelum itu, alam semesta memiliki 'zaman kegelapan' yang berlangsung jutaan tahun. Pada masa tersebut tidak ada yang cukup terang untuk dapat dilihat.
Mundur lagi ke belakang, alam semesta mengalami hal tertua yang dapat kita lihat, yakni Cosmic Microwave Background (CMB), yang terbentuk 370 ribu tahun setelah Big Bang, saat alam semesta mendingin dari plasma panas.
Astrofisikawan dari Universitas Hawaii John Learned membuat makalah kedua yang membahas tentang dunia cermin, menggambarkan alam semesta seperti sebuah corong yang semakin mengerucut jika diamati lebih jauh ke galaksi lain.
Seperti teori Boyle, corong tersebut merujuk pada mundurnya waktu, sehingga bagian kerucut yang lebih sempit merujuk pada masa-masa awal terbentuknya alam semesta hingga ke fenomena Big Bang.
Tak sampai di situ, Learned menganggap corong tersebut mengembang ke arah berlawanan dari orientasi waktu alam semesta yang kita alami.
"Anda menemukan bahwa itu mengekstrapolasi, meluas - itu berlanjut secara analitis, fisikawan akan mengatakan, ke kerucut ganda," katanya, mengacu pada alam semesta kedua di belakang Big Bang.
Baru-baru ini sebuah penelitian mengungkap cara menemukan dunia cermin yang dianggap dapat memecahkan teka-teki besar dalam dunia kosmologi, Hubble Constant.
Para ahli percaya alam semesta terus mengembang setelah Big Bang. Hubble Constant adalah istilah dalam kosmologi yang mengacu pada kecepatan alam semesta mengembang.
Prediksi kecepatan Hubble Constant jauh lebih lambat dari penghitungan menggunakan alat hitung paling presisi di Bumi. Perbedaan itu yang bikin ilmuwan garuk-garuk kepala dan terus berupaya memecahkannya.
Perbedaan kecepatan tersebut coba diungkap para peneliti kosmologi seperti Francis-Yan Cyr-Racine, asisten profesor di Departemen Fisika dan Astronomi di Universitas New Mexico, serta Fei Ge dan Lloyd Knox dari Universitas California.
Dilansir dari Science Daily, Cyr-Racine, Ge dan Knox telah menemukan properti matematis yang sebelumnya tidak diperhatikan para peneliti lain.
Properti ini pada prinsipnya memungkinkan kecepatan ekspansi alam semesta lebih cepat, tetapi hampir tidak mengubah komponen prediksi lain pada model kosmologi standar.
Penelitian mereka yang berjudul 'Symmetry of Cosmological Observables, a Mirror World Dark Sector, and the Hubble Constant' telah diterbitkan di Physical Review Letters.
Hasil penelitian ini membuka pendekatan baru untuk menghubungkan CMB dan pengamatan struktur skala besar dengan Hubble Constant yang tinggi.
Dengan kata lain, peneliti dapat menemukan model kosmologis di mana perubahan penskalaan dapat diwujudkan tanpa mengganggu pengukuran kuantitas yang dapat mengubah simetrinya.
Jika alam semesta bekerja sesuai penelitian tersebut, peneliti menduga ada refleksi alam semesta yang sangat mirip dengan kita tetapi tidak terlihat kecuali melalui dampak gravitasi di dunia kita.
Kemudian sektor gelap pada 'dunia cermin' itu memungkinkan penskalaan efektif tingkat gravitasi sambil tetap menjaga kerapatan foton rata-rata yang diukur dengan tepat saat ini.
"Dalam praktiknya, simetri penskalaan ini hanya dapat diwujudkan dengan memasukkan dunia cermin ke dalam model -- alam semesta paralel dengan partikel baru yang semuanya merupakan salinan dari partikel yang diketahui," kata Cyr-Racine.
"Ide dunia cermin pertama kali muncul pada 1990-an tetapi sebelumnya tidak diakui sebagai solusi potensial untuk masalah Hubble constant," imbuhnya.
(lom/fea)