Pesawat penumpang berisi 22 orang jatuh di Nepal pada Minggu (29/5). Pesawat berjenis De Havilland Canada DHC-6-300 dan dioperasikan perusahaan swasta, Tara Air, itu memiliki lebih dari 30 ribu jam terbang.
Pesawat tersebut diketahui berangkat dari kota Pokhara, 125 km di barat ibu kota, Kathmandu. Rutenya menuju Jomsom, sekitar 80 km di utara Pokhara. Jomson sendiri merupakan salah satu destinasi pendakian di Himalaya. Jarak tempuh dari Pokhara ke Jomson yakni 20 menit dengan pesawat.
Otoritas penerbangan Nepal menyatakan pesawat mengalami kecelakaan di ketinggian 14.500 kaki (4.420 meter).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satu penerbangan domestik ke Jomsom dari Pokhara hilang kontak," kata juru bicara maskapai Tara Air, Sudarshan Bartaula seperti dilansir AFP.
Pemerintah setempat mengerahkan dua helikopter untuk proses pencarian. Cuaca buruk disebut mempersulitnya.
Tim SAR kemudian mendapati bahwa 22 penumpang ditemukan meninggal pada Senin (30/5).
"Sebanyak 22 jenazah telah ditemukan dan tim mencari satu jenazah lagi, ujar juru bicara Angkatan Darat Nepal, Narayan Silwal, seperti dikutip dari AFP.
Mengutip Aircraft, pesawat yang hilang itu diproduksi tahun 1979 oleh perusahaan De Havilland dengan model DHC-6-300 Twin Otter.
Pesawat dengan 21 tempat duduk itu memiliki nomor seri 619 dengan nomor registrasi 9N-AET. Pesawat dengan fitur pendaratan dan lepas landas singkat alias Short Take off and Landing (SOTL) ini memiliki jam terbang 32.974.
Menurut situs Business Jet Traveler, pesawat jenis ini memiliki harga awal US$1,9 juta (Rp27,7 miliar).
Lihat Juga : |
Namun, pesawat milik Tara Air itu, menurut Aircraft, mengalami pengurangan harga hingga US$400 ribu (Rp5,8 miliar) karena "tunduk pada verifikasi spesifikasi, log, waktu, kerusakan, dan semua peralatan yang terdaftar".
Badan pesawatnya sendiri berbobot kosong 7.547 lbs atau 3423,262 kg per 31 Juli 2014. Sementara, berat lepas landas maksimum adalah 12.500 lbs atau 5.669,9 kg.
Situs itu juga mencatat mesin PT6A--27 ENGINE TBO memiliki jam terbang 3.600 jam, mesin sebelah kiri Engine SMOH 2.386 jam, mesin kanan SMOH 2.315 jam. Sementara, baling-baling pesawat kiri sudah dipakai 981 jam, dan yang sebelah kanan mencapai 2.729 jam.
Artinya, pesawat sempat menjalani pergantian mesin dan baling-baling.
Melansir situs resmi Tara Air, fitur itu membuat pesawat tersebut cocok ditempatkan di Nepal. Pasalnya, kebanyakan daerah Nepal merupakan pegunungan.
Pesawat itu juga memiliki mesin berjenis PT6A-27 Engine TBO. Total, ada 270 pesawat Twin Otter yang masih dioperasikan sejak 2018.
(lth/arh)