Alasan Darurat DBD di Singapura Dikaitkan dengan Perubahan Iklim

CNN Indonesia
Rabu, 08 Jun 2022 13:05 WIB
Lonjakan kasus demam beradarah di Singapura dinilai terkait cuaca yang kian hangat terkait pemanasan global.
Ilustrasi. Fogging dinilai tak efektif memberantas DBD. (Foto: ANTARA FOTO/RENO ESNIR)

Variasi cuaca dan iklim disebut dapat mempengaruhi nyamuk Aedes dan infeksi virus penyebab DBD terhadap nyamuk (DENV) melalui berbagai mekanisme.

Hal itu dikutip dari jurnal 'Dengue in a changing climate' yang ditulis oleh Kristie L. Ebi dari Departments of Global Health and Environmental and Occupational Health Sciences, University of Washington, dan Joshua Nealon, dari Sanofi Pasteur Asia Pacific Epidemiology, Singapura.

"Suhu adalah penentu penting dari kecepatan gigitan, perkembangan telur dan nyamuk yang belum matang, waktu perkembangan virus dalam nyamuk (masa inkubasi ekstrinsik), dan kelangsungan hidup pada semua tahap siklus hidup nyamuk," dikutip dari studi tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Studi laboratorium menunjukkan kisaran suhu ideal bagia nyamuk Aedes aegypti untuk bertahan hidup di semua fase kehidupan adalah antara 20 hingga 30 °C. Di beberapa lingkungan, suhu tinggi dapat meningkatkan laju kematian yang cukup dan menurunkan risiko DBD.

Masalahnya, nyamuk tersebut sudah belajar cara bertahan di semua lingkungan tempat tinggal manusia.

"Aedes sudah beradaptasi dengan lanskap manusia dengan bertahan di musim dingin di selokan dan mencari tempat teduh selama siang hari di lingkungan yang panas".

Di samping itu, suhu yang lebih tinggi membuat infeksi virus ke nyamuk lebih cepat. Studi ini menunjukkan bahwa waktu antara pemberian makan dan deteksi virus dalam air liur kelenjar Aedes aegypti adalah 9 hari pada suhu 26 °C dan 28 °C.

Angkanya menjadi cuma 5 hari pada suhu 30 °C untuk infeksi DENV-1 dan DENV-4.

Tak ketinggalan, suhu lebih tinggi juga memicu perilaku makan yang lebih sering, yang otomatis meningkatkan risiko penularan.

Kisaran suhu harian juga penting untuk penularan demam berdarah. Pemodelan termodinamis memprediksi bahwa pada suhu rata-rata rendah (<18 °C), peningkatan rentang suhu harian menyebabkan peningkatan transmisi DENV. Namun, efeknya terbali pada suhu rata-rata di atas 18 °C.

"Peningkatan kecil dalam potensi epidemi dengue terjadi selama 100 tahun terakhir."

"Sejak 1950, kisaran suhu harian meningkat dan besarnya siklus suhu tahunan meningkat 0,4 °C di daerah beriklim sedang, yang berarti kemungkinan berdampak pada risiko wabah demam berdarah jika tren ini berlanjut," tandas studi tersebut.

(tim/arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER