Pesawat luar angkasa Gaia milik Badan Antariksa Etopa (ESA) meluncurkan penemuan terbarunya pada Senin (13/6) dalam upaya memetakan galaksi Bima Sakti lebih detail dari yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Tim peneliti ESA mengamati hampir dua juta bintang dan mengungkap 'gempa bintang' misterius, yang menyapu raksasa berapi-api luas seperti tsunami.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut tim peneliti ESA, kumpulan data misi ketiga yang dirilis Gaia disebut merupakan revolusi pemahaman tentang galaksi Bima Sakti.
"Ini adalah pisau astrofisika Angkatan Darat Swiss - tidak ada satu astronom pun yang tidak menggunakan datanya, baik secara langsung atau tidak langsung," kata Dr Francois Mignard, anggota tim Gaia.
Dengan demikian terungkap wawasan baru yang dekat dengan Bima Sakti, dikumpulkan dalam bentuk katalog yang isinya lebih dari 156 ribu asteroid di tata surya kita 'yang orbitnya telah dihitung instrumen dengan presisi yang tak tertandingi', kata Mignard.
Lebih lanjut Gaia melihat di luar Bima Sakti terdapat 2,9 juta galaksi lain, serta 1,9 quasar atau jantung galaksi yang sangat terang.
Pesawat ruang angkasa Gaia berada di orbit yang diposisikan secara strategis, berjarak 1,5 juta kilometer dari Bumi, di mana ia telah mengamati langit sejak diluncurkan ESA pada 2013.
Astronom dari Observatorium Paris, Misha Haywood mengatakan Gaia memindai langit dan menangkap semua yang dilihatnya.
Tapi itu masih hanya bisa mendeteksi sekitar satu persen dari bintang-bintang di Bima Sakti, yaitu sekitar 100 ribu tahun cahaya.
Terdapat Probe yang dilengkapi dua teleskop serta kamera satu miliar piksel, untuk menangkap gambar cukup tajam mengukur diameter rambut manusia pada jarak 1.000 kilometer.
Gaia juga memiliki berbagai instrumen lain yang tidak hanya memetakan bintang-bintang, tetapi juga mengukur pergerakan, komposisi kimia, dan usianya.
Haywood mengatakan sebelum adanya Gaia, para astronom memiliki keterbatasan memandang galaksi, namun 'Ini memberikan pengamatan global dari posisi apa pun yang bergerak di langit, untuk pertama kalinya'.
Pengamatan 'gempa bintang' atau getaran besar yang mengubah bentuk bintang-bintang yang jauh, adalah 'salah satu penemuan paling mengejutkan' yang menjadi data terbaru.
Gaia tidak diciptakan untuk mengamati gempa bintang, tetapi mendeteksi fenomena aneh pada ribuan bintang, termasuk beberapa yang seharusnya tidak terlihat.
"Gaia membuka tambang emas untuk 'asteroseismologi' bintang masif," kata anggota Gaia, Conny Aerts.
Sekitar 50 makalah ilmiah diterbitkan bersamaan data baru, dengan lebih banyak lagi diharapkan di tahun-tahun mendatang. Pengamatan Gaia memicu ribuan penelitian sejak dataset pertamanya dirilis pada 2016.
Kumpulan data kedua pada 2018 memungkinkan para astronom menunjukkan Bima Sakti bergabung dengan galaksi lain dalam tabrakan hebat, yang terjadi sekitar 10 miliar tahun lalu.
Lihat Juga : |
Aliran data mentah disisir oleh tim yang terdiri dari 450 ilmuwan dan insinyur perangkat lunak Eropa menggunakan enam superkomputer serta 'algoritma yang digerakkan manusia' sebagai bagian dari Konsorsium Pemrosesan dan Analisis Data.
Tim membutuhkan waktu lima tahun untuk menyampaikan data terbaru, yang diamati dari 2014 hingga 2017.
"Kami tidak sabar menunggu komunitas astronomi menyelami data baru kami untuk mengetahui lebih banyak tentang galaksi kita dan sekitarnya daripada yang bisa kita bayangkan," kata ilmuwan proyek Gaia ESA, Timo Prusti.
Kumpulan data terakhir akan dirilis pada 2030, setelah Gaia menyelesaikan misinya mensurvei langit dan Bima Sakti pada 2025, menurut Strait Times.
(can/fea)