Sebanyak 69 persen Masyarakat Amerika Serikat (AS) mengkhawatirkan perang nuklir terjadi di tengah invasi Rusia ke Ukraina. Presentase itu berasal dari survei yang dibuat American Psychological Association.
Orang-orang tersebut khawatir dengan ledakan dahsyat dari bom nuklir. Meskipun para ahli sebetulnya telah menyatakan perang nuklir kemungkinan kecil terjadi.
Terlepas dari hal itu, para ilmuwan menilai horor yang disebabkan perang nuklir bisa berdampak ke seluruh Bumi. Mengutip Fast Company, kekhawatiran itu berasal dari beberapa studi yang telah dibuat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut analisa yang dimuat di The Bulletin of the Atomic Scientists, satu atau dua nuklir tidak akan berdampak global.
Namun hal berbeda akan terjadi jika ada 100 senjata nuklir, yang seukuran bom Hiroshima digunakan. Hal itu akan menurunkan temperatur dunia di bawah suhu yang terjadi saat Little Ice Age (abad ke 13 hingga 1850).
Hal lain yang juga akan terdampak adalah kegagalan panen dan kelaparan dalam skala besar.
Pada studi terpisah di tahun 2014, empat ilmuwan lingkungan dan atmosfer membuat permodelan dari dampak konflik yang melibatkan 100 hulu ledak.
Ada lima dampak yang diperkirakan para ahli akan dirasakan di seluruh dunia. Pertama, lima megaton abu dan debu akan menutupi langit sehingga disebut dengan musim dingin nuklir.
Kedua, setelah satu tahun, rata-rata temperatur Bumi akan turun sekitar dua derajat. Setelah lima tahun, Bumi akan tiga derajat lebih dingin dari sebelumnya.
20 tahun berjalan, temperatur akan menghangat satu derajat di bawah temperatur sebelum peristiwa nuklir terjadi.
Melihat fenomena pemanasan global, pendinginan temperatur mungkin terlihat menguntungkan. Namun itu juga berarti ada sedikit hujan. Lima tahun setelah ledakan, curah hujan akan berada di angka 91 persen dari saat ini.
Setelah 26 tahun, masyarakat dunia masih akan melihat hujan 4,5 persen lebih sedikit daripada saat sebelum perang.
Keempat, musim tumbuh dari tanaman akan menjadi 10 hingga 40 persen lebih pendek. Akibatnya, akan terjadi kelaparan yang luar biasa.
Terakhir, lapisan ozon akan hilang karena radiasi. Lebih tepatnya, lapisan ozon akan 25 persen lebih tipis untuk lima tahun pertama. Setelah 10 tahun, lapisannya mungkin pulih namun tetap 8 persen lebih tipis dari sebelumnya.
Menipisnya lapisan ozon berarti meningkatna risiko kanker kulit dan kulit terbakar. Paparan sinar ultraviolet juga bisa membuat binatang dan tanaman berada dalam ancaman.
Dimulai Saat Perang Dingin
Di sisi lain, mengutip nature, simulasi dampak perang nuklir sudah dimulai pada era Perang Dingin. Ketika itu, AS Dan Uni Soviet (kini Rusia) terlibat perang yang menyertakan senjata nuklir.
Melihat fenomena itu, para ilmuwan termasuk Carl Sagan memprediksi, asap tebal dari senjata nuklir akan menutupi sinar matahari. Akibatnya, akan terjadi musim dingin selama beberapa bulan.
Studi tentang dampak perang nuklir kemudian dilakukan Alan Robock, imuwan dari Rutgers University dan Brian Toon, fisikawan atmosfer dari University of Colorado Boulder. Pada 2017, mereka melihat dampak perang nuklir dari sisi agrikultur hingga ekonomi
Robock menganalisa setiap potensi perang yang melibatkan nuklr. Selain antara Uni Soviet-AS, Robock juga melihat potensi perang India-Pakistan.
Dari studi itu, tiga tahun setelah ledakam bom nuklir, temperatur dunia diprediksi anjlok lebih dari 10 derajat. Selain itu mereka juga menemukan asap dari ledakan nuklir sama dengan yang berasal dari kebakaran hutan.
(ttf/lth)