EUREKA!

Mimpi Baterai Fleksibel Sudaryanto Tak Pupus Ingatan soal Akhirat

CNN Indonesia
Jumat, 22 Apr 2022 17:00 WIB
Periset Sudaryanto (53) berjuang sekian lama untuk menemukan baterai lithium padat fleksibel berbasis logam tanah jarang namun tetap tak lupa urusan akhirat.
Ilustrasi. Peneliti nuklir di BRIN Sudaryanto memulai hari dengan mengaji. (Foto: iStockphoto/cihatatceken)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sudaryanto (53), periset teknik material di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), tak berangkat terlalu pagi ke kantor sekaligus laboratoriumnya di Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM), Serpong Tangerang Selatan.

Jarak rumah ke kantornya yang hanya tiga kilometer membuat Sudaryanto bisa berangkat pukul 07.00 WIB.

Hal itu membuatnya sangat bersyukur karena masih bisa melakukan beberapa aktivitas sebelum berangkat, mulai dari membantu pekerjaan rumah tangga hingga berolahraga ringan, dan tak terjebak 'tua di jalan'.

Periset kelahiran Magelang ini mempunyai kebiasaan setiap pagi, baik di bulan Ramadan maupun di bulan lainnya, yakni belajar agama. Dia menyebut hal itu untuk bekal hidupnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Saya biasanya belajar agama setiap setelah subuh, bukan hanya di bulan Ramadan. Biasanya mengaji atau baca-baca apa yang berhubungan dengan agama," katanya kala berbincang dengan CNNIndonesia.com, Kamis (21/4).

Setelah menyelesaikan semua rutinitas paginya, Sudaryanto menempuh perjalanan sekitar 15 menit ke kantor untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang periset;

Yakni, terjun ke laboratorium untuk menguji material, menjadi peserta atau pembicara di webinar, berdiskusi dengan rekan-rekannya, hingga presentasi hasil penelitian.

Sementara, untuk bagian mengkonsumsi informasi dari membaca artikel atau jurnal, Sudaryanto lebih memilih untuk melakukannya di rumah. Menurutnya, dia bisa lebih fokus untuk membaca dokumen-dokumen tersebut di rumah.

Sudaryanto Periset teknik material di BRINSudaryanto, Periset teknik material di BRIN, berharap akan lebih banyak peneliti lokal yang mengglobal. (Foto: Arsip Pribadi)

"Sesibuk apa pun kita di dunia ini jangan lupa nasib kita di akhirat nanti, karena hidup di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu kekal. Jadikan aktivitas sehari-hari di dunia ini sebagai bekal di akhirat karena perjalanan di akhirat itu panjang," tuturnya.

Beasiswa Jepang


Sudaryanto telah menjadi periset di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang kini menjadi Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) selama hampir 33 tahun.

Masa-masa awal pengabdiannya sebagai periset dilalui dengan tugas belajar di Jepang. Pria yang kini menjabat sebagai periset ahli utama ini menjadi satu dari sekitar 76 orang yang mendapat beasiswa belajar pemerintah ke Jepang.

"Programnya dulu itu STMDP, Science and Technology Manpower Development Program. Sekitar 150 orang [mendapat beasiswa ini] untuk mengambil S1 dan 76 orang di antarnya diberangkatkan ke Jepang," ceritanya menjelaskan masa-masa awal sebagai periset.


Dia menghabiskan total 12 tahun untuk mendalami bidang polimer di Kobe University dengan sempat mengambil rehat dua tahun di antara program S2 dan S3-nya.

Awal mula ketertarikannya pada dunia polimer dimulai saat Sudaryanto menginjak bangku SMA. Kala itu dia memang sudah tertarik pada kimia organik. Mengambil jurusan teknik kimia untuk tingkat sarjana, pria yang menghabiskan masa kecilnya di Magelang ini kemudian berfokus pada bidang polimer.

Setelah menyelesaikan masa studi pada 2001, ayah empat anak itu pulang ke Indonesia dan mengaplikasikan ilmunya untuk bidang kesehatan.

Pada periode 2001 hingga 2010, wakil ketua Perhimpunan Periset Indonesia Kota Tangerang Selatan ini mendapatkan dua paten untuk penelitiannya tentang radiofarmaka dalam bentuk mikrosfer yang dapat digunakan untuk terapi kanker hati.

Bersambung ke halaman berikutnya...

[Gambas:Video CNN]

Penelitian Baterai Jangka Panjang

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER