BMKG Akui Musim Kemarau RI Tertunda Dampak dari Fenomena La Nina

CNN Indonesia
Kamis, 16 Jun 2022 08:01 WIB
BMKG menjelaskan hujan yang masih terjadi di Jabodetabek dan sejumlah wilayah Indonesia karena aktivitas La Nina.
BMKG akui musim kemarau tertunda karena ada aktivitas La Nina di Indonesia. (Foto: CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) menjelaskan hujan yang masih terjadi di Jabodetabek dan sejumlah wilayah Indonesia karena aktivitas La Nina. Fenomena ini menunda musim kemarau.

Sub koordinator bidang prediksi cuaca BMKG Ida Pramuwardhani, mengatakan labilitas atmosfer karena pemanasan yang cukup besar menjadi penyebab turun hujan deras disertai kilat dan angin kencang.

"Pemanasan yang cukup dan labilitas yang relatif masih tinggi menjadi penyebab utama terbentuknya awan cumulonimbus yang biasa membawa hujan deras disertai kilat/petir dan angin kencang," ujar Ida kepada CNNIndonesia.com, Rabu (8/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menambahkan sebagian wilayah Indonesia sedang mengalami peralihan musim, dari musim hujan ke kemarau atau disebut pancaroba. Saat ini berdasarkan data BMKG pada 31 Mei, sebanyak 26,6 persen wilayah Indonesia masuk awal musim kemarau. Sebagian sisanya baru masuk kemarau pada Juni hingga Juli.

Peralihan musim di wilayah Indonesia diprediksi akan berlangsung pada akhir Juni-Juli. Kini baru sekitar 50 persen wilayah Indonesia yang sudah beralih ke musim kemarau.

"Potensi cuaca terik berpeluang masih bisa terjadi hingga musim kemarau berakhir, juga masih terdapat potensi hujan di musim kemarau walau intensitasnya lebih rendah dibanding peralihan musim," katanya.

Menurut Ida, La Nina masih bertahan hingga pertengahan 2022. Sejak April hingga Mei indeks El Niño Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan terjadi penguatan intensitas La Nina.

"La Nina ini umumnya akan berdampak pada curah hujan tinggi. 47 persen wilayah zona musim terlambat masuk musim kemarau," tandasnya.

Terpisah, peneliti Meteorologi BMKG Deni Septiadi mengatakan saat ini suhu muka laut di Indonesia disebut masih cukup hangat dengan anomali berkisar antara 0.1 sampai 0.3 derajat celcius.

Sedangkan indeks La Nina 3.4 moderat -0.58 yang mengindikasikan konektivitas untuk menghasilkan hujan cukup tinggi.

"Meskipun terjadi penurunan hari hujan (HH), potensi intensitas hujan yang terjadi antara sedang-lebat bahkan ekstrem masih ada. Pada musim-musim peralihan (Maret-April-Mei, MAM) atau kemarau (Juni-

Juli-Agustus, JJA) pemanasan permukaan akan sangat sempurna untuk pengangkatan," kata Deni.

Dia mengatakan awan-awan yang terbentuk pada fase ini bahkan seringkali menjadi sangat menjulang, dengan suhu puncak awan mencapai -80 derajat celcius.

(can/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER