Netizen soal Viral Pattimura: Yang Penting Bela RI Apa pun Agamanya

CNN Indonesia
Selasa, 05 Jul 2022 18:14 WIB
Viral video penceramah Adi Hidayat soal nama dan agama pahlawan nasional Pattimura. Warganet pun bereaksi.
Ilustrasi. Agama Pattimura dipersoalkan dalam video viral seorang penceramah. (Foto: Rizky Sekar Afrisia)
Jakarta, CNN Indonesia --

Nama dan agama pahlawan nasional Pattimura dipersoalkan oleh penceramah Ustaz Adi Hidayat (UAH) dalam sebuah video yang ramai beredar di media sosial dalam beberapa hari terakhir. Netizen pun bereaksi 'nyinyir'.

Sejak lama, pelajaran sekolah mengungkapkan bahwa pahlawan asal Maluku itu bernama asli Thomas Matulessy, lahir dari pasangan Frans Matulessia dan Fransina Tilahoi di Saparua, 1783. 

Pada 1817, dia ditunjuk sebagai Kapiten dalam perlawanan rakyat Saparua terhadap kongsi dagang Belanda (VOC).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Versi berbeda dilontarkan oleh Adi Hidayat, yang bukan merupakan seorang sejarawan, di depan jemaahnya di sebuah masjid dalam video yang tanpa tanggal.

"Lihat baik-baik, banyak orang menyebutnya Thomas Matulessy. Kami berusaha mencari, lihat, tanya pakar sejarah dikumpulkan, Allahu akbar. Ternyata nama asli Kapiten Pattimera itu bukan Thomas tapi Ahmad... Lusi," cetusnya.

Menurut Adi, Pattimura adalah pejuang yang merupakan kyai, pemimpin pesantren, dan "mengarahkan anak-anak santrinya untuk menegakkan kebenaran di bumi ini".

Kenapa diubah jadi Thomas? "Kalau disebut Thomas, orang tidak ingat dia dekat dengan Allah swt, orang ini berasal dari pesantren," klaim Adi, sambil membandingkannya dengan nama intelektual muslim dalam versi Barat, yakni Avicenna dari mulanya Ibnu Sina dan Averroes yang asalnya Ibnu Rusydi.

Akibat video itu, kata kunci 'Pattimura' duduk di posisi 12 trending topic Twitter per Selasa (5/7) pukul 18.11 WIB. Merespons isu tersebut, sejumlah netizen mengkritik pernyataan itu karena tak substansial.

"Why is everyone so clingy about someone else's faith, does it matter to u guys? Even if kapitan pattimura was indeed a muslim or a christian, it doesn't have any effect in ur life or faith significantly. If u have any trouble about his religion just leave him as a hero," kicau akun @usualgrumpyman

Akun @Kirafiol mengatakan yang lebih penting adalah perjuangannya terhadap kemerdekaan Indonesia.

"Dulu kita siswa mungkin gak peduli Pattimura agamanya apa, si singa mangaraja agamanya apa, cut nyak din agamanya apa. Yg penting selama membela Indonesia, mereka pahlawan," ujar dia.

Sementara, akun @Leonita_Lestari menyindir ucapan UAH sebagai "lawakan tak lucu".

"masih saja ada lawakan ga lucu yang dipaksakan tampil, kisah rebutan agama sang Kapitan Pattimura yang justru makin menambah riuh namun tanpa kehadiran si esensi," kicaunya.

"Ada apa di balik semua ini?"

Akun @PeterHensa pun menyindir beragam klaim kelompok tertentu berbasis agama terhadap tokoh-tokoh dan peninggalan sejarah sebagai bagian peninggalan agamanya. Misalnya, Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman, bukan karya Wangsa Syailendra yang merupakan Kerajaan Buddha di Jawa.

"Daftar klaim: Napoleon, Gajah Mada, Amstrong, Karl Ratzinger, Pattimura, Shakespeare, Borobudur. Ada yang terlewat?" cetusnya,

Sejarawan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Satrio Dwicahyo mengatakan narasi-narasi seperti yang diungkap UAH itu mulai tumbuh subur selepas runtuhnya era Orde Baru.

Contohnya, selain Borobudur, ada pula klaim bahwa Majapahit adalah kerajaan Islam, Gajah Mada ternyata bernama Gaj Ahmada, hingga Napoleon Bonaparte adalah muslim.

"Ini populer di sekitar tumbangnya Orde Baru. Ini dianggap suatu kesempatan untuk revival (kebangkitan), dengan anggapan bahwa kelompok Islam disudutkan dalam historiografi nasional selama Orba," kata Sejarawan yang akrab dipanggil Ody itu, dikutip dari detikcom.

Ia menyatakan klaim Kapitan Pattimura bernama asli Ahmad Lussy sebelumnya pernah dikemukakan oleh Ahmad Mansur Suryanegara dalam buku 'Api Sejarah'. Ody menilai Mansur tidak sendirian dalam tren mengedepankan peran satu kelompok dalam sejarah Indonesia, utamanya kelompok Islam.

Dikutip dari buku Api Sejarah Jilid Kesatu halaman 202, Mansur mengatakan, "Akibat penindasan dan kekejaman penjajah Protestan Belanda, bangkitlah perlawanan bersenjata dipimpin oleh Kapten Pattimura, 1817 M."

"Di Ambon penyandang nama Pattimura adalah Muslim. Oleh karena itu, salahlah jika dalam penulisan sejarah, Kapten Pattimura disebut sebagai penganut Kristen," lanjutnya.

Mansur tak menyertakan catatan kaki soal sumber klaimnya ini serta tak mengungkapkan nama asli Pattimura. 

Menurut Ody, teori 'Ahmad Lussy' lebih mirip hasil dari metodologi 'cocokologi' alias mencocok-cocokkan hal-hal yang tidak langsung berhubungan. Artinya, teori seperti ini bisa jadi menggunakan sumber primer, namun penafsirannya dilakukan dengan cara lain.

"Interpretasinya terhadap sumber primernya dilakukan dengan istilah Jawa-nya 'utak-atik gatuk'," ucap Ody sambil tertawa dan menyindir kasus Sunda Empire.

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER