Twitter dan Facebook Hapus Video Penembakan Shinzo Abe yang Beredar

CNN Indonesia
Minggu, 10 Jul 2022 12:50 WIB
Sejumlah perusahaan media sosial, termasuk Facebook dan Twitter, menghapus unggahan video yang memperlihatkan penembakan eks PM Jepang Shinzo Abe.
Ilustrasi. Sejumlah perusahaan media sosial, termasuk Facebook dan Twitter, menghapus unggahan video yang memperlihatkan penembakan eks PM Jepang Shinzo Abe. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah perusahaan media sosial, termasuk Facebook dan Twitter, menghapus unggahan video yang memperlihatkan penembakan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Video-video tersebut dinilai melanggar aturan konten.

Sejumlah video memperlihatkan serangan seorang pria yang menembakkan pelurunya dua kali ke Shinzo Abe beredar di media sosial.

Beberapa video yang tersebar hanya menunjukkan momen sebelum dan sesudah serangan. Namun, beberapa video yang lain memperlihatkan kedua tembakan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagaimana diketahui, Shinzo Abe ditembak saat tengah berpidato di Nara, Jepang. Ia kemudian dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal dunia akibat kehabisan darah.

Pihak kepolisian berhasil menangkap tersangka pria bersenjata langsung di tempat kejadian.

Melansir ABC News, Twitter mengatakan pihaknya tengah bekerja untuk 'mengatasi konten berbahaya' yang berkaitan dengan serangan tersebut.

Twitter juga meminta pengguna untuk menandai materi yang berpotensi sensitif dari serangan tersebut sehingga dapat mengambil tindakan.

Sementara Meta (Facebook) telah menghapus video yang menggambarkan detik-detik penyerangan. Facebook juga telah menonaktifkan akun pengunggah.

"Kami sangat berduka dan terkejut atas meninggalnya mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe," ujar Meta, dalam sebuah pernyataan resmi.

"Kami tidak akan mentolerir perilaku kekerasan apa pun di platform. Untuk menjaga platform kami menjadi tempat yang aman untuk tetap terhubung, kami bekerja menghapus konten yang melanggar, terkait insiden tersebut," lanjut Meta.

Sementara YouTube mengatakan bahwa sistemnya menemukan sejumlah video terkait penyerangan yang berasal dari 'sumber otoritatif' seperti media massa. Namun, YouTube menegaskan akan menghapus konten apa pun yang dinilai melanggar aturannya, termasuk konten yang memperlihatkan kekerasan.

Hal yang sama juga tengah dilakukan TikTok. Platform berbagi video ini mengaku tengah bekerja untuk mengidentifikasi konten, akun, dan tagar yang terkait dengan insiden tersebut. TikTok juga bakal menghapus konten atau akun apa pun yang dinilai melanggar aturan.

(asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER