Seorang lansia berusia 66 tahun mungkin menjadi orang kelima yang sembuh dari HIV. Ia sembuh setelah menerima transplantasi sel punca.
Melansir Live Science, pasien tersebut ingin identitasnya tetap dirahasikan. Namun ia kini dijuluki pasien Kota Harapan, merujuk kepada pusat kesehatan di Los Angeles, tempat ia dirawat.
Pasien tersebut didiagnosa menderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) pada 1988. "Ketika saya didiagnosa HIV pada 1988, seperti yang lainnya, saya kira itu seperti hukuman mati," kata pasien tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah didiagnosa HIV, pasien tersebut terus mengonsumsi obat antitetroviral selama 31 tahun untuk mengontrol virus HIV dalam tubuh. Pada satu kondisi, pasien tersebut pun pernah naik level ke AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), yang berarti sel darah putih dalam dirinya bisa turun drastis ke level yang kritis.
Pasien itu lalu mengonsumsi AZT dan beberapa pengobatan awal untuk HIV sebelum beralih ke kombinasi perawatan antiretroviral tingkat tinggi yang efektif sejak 1990an.
Pada 2018, pasien itu lalu mendapatkan myelogenous leukimia akut atau AML, yang merupakan kanker darah dan sumsum tulang. Di sisi lain dokter lalu memberi perawatan untuk kanker dan HIVnya menggunakan transplantasi sel punca dari donor yang mengidap mutasi genetik langka.
Mutasi tersebut disebut dengan CCR5 delta 32 homozygus. Mereka yang mengidap mutasi itu menjadi resisten terhadap HIV dengan cara mengalihkan jalan masuk yang biasa dieksploitiasi virus tersebut.
Setelah transplantasi itu, terpantau tidak ada aktivitas virus HIV dalam tubuh pasien lansia tersebut selama 17 bulan. Namun para ahli terus memantau kondisinya dan bisa saja mendeklarasikan kesembuhan si pasien jika status ketiadaan virus HIV permanen.
Melansir The Scientist, orang pertama yang sembuh dari HIV bernama Timothy Ray Brown. Pada mulanya, identitas Brown tidak diketahui sehingga orang-orang menyebutnya Berlin Patient.
Virus HIV yang menginfeksi tubuh Brown hilang pada 2007 setelah ia menerima transplantasi sel punca untuk mengobati leukimia myeloid akut dan kanker sumsum tulang. "Timothy mensimbolkan bahwa itu (kesembuhan, red) sangat mungkin di bawah keadaan yang spesial untuk mengobati HIV," ujar dokter Gero Hutter yang melakukan transplantasi tersebut.
Sayangnya, Timothy meninggal dunia pada 29 September 2020 di usia 54 tahun. Pria asal Amerika Serikat (AS) itu wafat karena leukimia.
Mengutip Stanford Children, sel punca adalah sel spesial dalam manusia yang bisa berkembang menjadi banyak sel berbeda. Perkembangannya mencakup sel otak hingga otot. Dalam beberapa kasus spesial, sel punca juga bisa mengobati jaringan yang rusak.
Para ahli meyakini, terapi berdasarkan sel punca mungkin suatu saat bisa digunakan untuk merawat penyakit serius semisal kelumpuhan atau Alzheimer.
(lth/lth)