Bom Perang Dunia II Muncul usai Sungai Mengering karena Suhu Ekstrem

CNN Indonesia
Selasa, 09 Agu 2022 22:50 WIB
Bom Perang Dunia II muncul ke permukaan sungai Po yang mengering karena suhu yang panas.
Ilustrais bom perang dunia. Bom Perang Dunia II muncul di Sungai Po Italia yang mengering karena suhu ekstrem. Foto: CNN Indonesia/Sahril Abdullah
Jakarta, CNN Indonesia --

Suhu ekstrem yang melanda Eropa membuat Sungai Po di Italia mengering. Akibatnya, bom Perang Dunia II yang selama lebih dari 70 tahun terbenam muncul ke permukaan.

Dikutip dari Live Science, bom buatan Amerika tersebut ditemukan seorang nelayan di sebuah kampung bernama Borgo Virgilio, di dekat kota Mantua. Selama musim panas ini, air di Sungai Po terus mengering akibat dari gelombang panas yang menyerang banyak bagian Eropa.

Bom yang ditemukan itu memiliki berat 450 kg. Proses pengamanan bom tersebut pun mengharuskan tiga ribu warga dievakuasi. Setelah evakuasi, para ahli kemudian memotong hulu ledaknya dan memidnahkan bom tersbeut menjauh sekitar 45 km.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah itu, bom tersebut barulah dihancurkan menggunakan denotator kendali. Tidak ada warga yang terluka atau kerusakan yang disebabkan dari proses penghancuran itu.

Italia sendiri menjadi negara yang cukup parah terdampak gelombang panas. Akhir Juni lalu, kota Roma melaporkan temperatur tertinggi mereka di angka 40,5 derajat celsius.

Akibatnya, air di Sungai Tiber mengering, memunculkan puing-puing jembatan kuno yang dibangun di masa Kaisar Nero, kaisar kelima Romawi yang memerintah dari 54 hingga 68 tahun Sebelum Masehi.

Selain itu, Italia juga menyatakan keadaan darurat pada bulan lalu untuk area sekitar Sungai Po. Di sana, sekitar sepertiga produksi agrikultur Italia berada.

Di Portugal dan Spanyol, gelombang panas bahkan memakan korban jiwa pada Juli lalu. Dilansir ABC News, setidaknya 1.169 orang tewas akibat gelombang panas di kedua negara tersebut.

Gelombang panas juga mengakibatkan kebakaran hutan di Selatan Prancis. Akibatnya, lebih dari 14 ribu orang harus dievakuasi karena api yang menyebar lebih dari 10 ribu hektar.

Sementara itu, Persatuan Bangsa-Bangsa lewat Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) sudah mengeluarkan sederet laporan tentang dampak perubahan iklim.

Di Eropa misalnya, ada empat risiko kunci yang telah terdefinisi. Salah satunya adalah level pemanasan global yang ada di angka 2 derajat celsius, dibandingkan batas yang telah ditetapkan di Paris Agreement yakni 1,5 derajat.

Dampak tak kalah dahsyat juga akan terjadi di wilayah Amerika Tengah dan Selatan. IPCC menduga akan teradi kekeringan parah di beberapa wilayah, peningkatan permukaan air laut, erosi pantai.

Pada akhirnya perubahan iklim juga akan berdampak di produk agrikultur, penangkapan ikan secara tradisional, keamanan pangan, dan kesehatan manusia di wilayah tersebut.

Beberapa wilayah yang paling sensitif terhadap perubahan iklim adalah pegunungan Andes, timur laut Brasil, dan beberapa negara di belahan utara Amerika Tengah. Di wilayah tersebut, migrasi terkait perubahan iklim banyak terjadi akibat dari kekeringan, badai tropis, dan hujan lebat dan banjir.

[Gambas:Video CNN]

(lth/lth)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER