Majalah Time merilis tokoh-tokoh yang masuk ke dalam Time100 Next. Salah satu yang masuk adalah aktivis lingkungan asal Indonesia, Farwiza Farhan.
Time100 Next sendiri merupakan daftar "para pemimpin baru dari seluruh dunia yang membentuk masa depan dan menentukan generasi kepemimpinan berikutnya".
Majalah asal AS itu memilih Farwiza dalam kategori 'Leader' atas kontribusinya terhadap kelestarian alam khususnya di sekitar Gunung Leuser, Aceh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mempertahankan ekosistem dari industri, perkembangan, dan para pemburu seperti yang dilakukan Farwiza dan teman-teman aktivisnya adalah pekerjaan penting. Dan pekerjaan itu beserta pekerjaan dari para pemuda yang lain yang akan membuat perbedaan untuk dunia kita," tulis Time dalam keterangannya.
Farwiza mengatakan ekosistem Leuser adalah rumah bagi sejumlah spesies langka. "Harimau, gajah, orang utan, badak, masih menjelajah bersama di alam liar. Mereka adalah kehidupan liar yang terancam punah."
Lantaran itu, ia mendorong advokasi kebijakan sekaligus mendampingi masyarakat lokal untuk melindungi ekosistem tersebut. Pasalnya, kata dia, warga lokal lah yang memiliki hutan tersebut.
Dia, yang menjabat Ketua Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (Yayasan HAkA) itu, juga menyebut orang-orang di sekitarnya sempat ragu terhadap aktivitasnya. Mereka, kata Farwiza, memintanya memilih antara melanjutkan pendidikan atau aktivisme di bidang lingkungan.
"Ketika saya memulai, setiap orang mengatakan, 'Kamu tidak bisa melakukan semuanya. Kamu harus fokus. Kamu tidak bisa melakukan pendidikan, hutan dan agrikultur serta pendidikan. Kamu harus memilih'," katanya dalam majalah tersebut.
Namun, menurut Farwiza, hal itu bisa dilakukan sekaligus. "Tetapi apa gunanya mengedukasi wanita muda, jika ia kembali ke kampungnya dan meninggal karena kekurangan sanitasi. Semua itu berhubungan. Kita harus menyelesaikan masalah itu semua di waktu yang bersamaan. Dan jelas bahwa Farwiza Farhan telah mengambil peran ini di hatinya," tulis Jane Goodall yang menulis profil Farwiza.
Mengutip The Orang Utan Project, Farwiza lahir di Banda Aceh pada 1 Mei 1986. Ia pernah berstatus sebagai kandidat PhD dari Department of Cultural Anthropology and Development Studies Radboud Universiteit Nijmegen (2014).
Pada 2008 hingga 2010 mengambil pendidikan bidang Masters in Environmental management of sustainable development di University of Queensland. Sebelumnya, Farwiza lulus dari University Sains Malaysia dengan gelar Bachelor of Science bidang Biologi.
Pada profil instagramnya, Farwiza adalah ketua yaasan HAkA (Hutan Alam dan lingkungan Aceh). Itu merupakan organisasi non-pemerintah (NGO) yag bergerak di bidang perlindungan, konservasi, dan restorasi ekosistem di Leuser, Aceh.
"Ketika kami mendirikan organisasi ini di d2012, kami sangat ingin pekerjaan konservasi kami inklusif bagi komunitas lokal. Kami percaya terhadap penguatan masyarakat dan pemberdayaan komunitas yang hidup di garis depan bidang konservasi," katanya.
View this post on Instagram
"Sejak itu, saya senang bisa mengabarkan bahwa kami bertahan dengan hal tersebut. Kami juga telah meluncurkan beragam kampanye dengan para pemimpin di akar rumput dan terus memperkuat suara kolektif dari bawah," ujar Farwiza.
Time 100 Next merupakan program tahunan majalah Time tentang figur-figur muda yang dianggap punya peran penting di berbagai bidang dari seluruh dunia. Selain Farwiza, ada penyanyi SZA, aktor Sydney Sweeney, dan Keke Palmer yang juga menjadi sampul edisi dunia untuk Time 100 Next.
Time juga mengajak tokoh-tokoh terkenal untuk menulis tentang mereka yang terpilih. Misalnya penyanyi Justin Timberlake yang menulis tentang pebasket Ja Morant, atau aktor Ryan Reynolds yang menulis tentang Joe Alwyn.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, dikutip dari Forest Hints, menyebut orang utan Sumatra, Tapanuli, dan Borneo jauh dari kata punah.
KLHK menyebut pernyataan itu bertujuan untuk membangun optimisme. Peneliti yang memberi data sebaliknya pun terkena larangan untuk masuk taman nasional, termasuk konservasionis Erik Meijaard.
(lth/lth)