Twitter Ungkap Data Akun Bot dari Staf Elon Musk: 5,3 hingga 11 Persen

CNN Indonesia
Kamis, 29 Sep 2022 19:30 WIB
Twitter menuding klaim angka jumbo akun palsu dari Elon Musk tak punya bukti yang kuat.
Klaim angka akun palsu di Twitter dari Elon Musk diragukan. (Foto: REUTERS/DADO RUVIC)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pengacara Twitter menyatakan tuduhan CEO SpaceX Elon Musk soal jumlah akun bot media sosial itu yang jauh lebih tinggi dari 5 persen tak didasari bukti yang kuat.

Hal itu dikatakan oleh pengacara Twitter kepada hakim pada Selasa (27/9). Padahal Musk menjadikan tudingan itu sebagai alasan kuat ia keluar dari kesepakatan akuisisi Twitter senilai US$44 miliar atau Rp659 triliun pada Juli lali.

Kondisi ini berkenaan dengan mundurnya Musk atas akuisisi Twitter, lantaran perusahaan diklaim enggan transparan soal jumlah akun palsu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengacara Twitter menyampaikan hal tersebut kepada hakim di pengadilan Delaware, dokumen yang diperoleh dari dua pakar data yang dipekerjakan oleh Musk menunjukkan mereka memperkirakan jumlah akun palsu di Twitter sebesar 5,3 persen hingga 11 persen.

"Tidak satu pun dari analisis ini sejauh yang kami tahu mendukung apa yang dikatakan Musk kepada Twitter dan memberi tahu dunia dalam surat penghentian (akuisisi)," kata pengacara, Bradley Wilson, dikutip dari Reuters.

Musk dan pengacaranya tidak segera merespons permintaan komentar dari Reuters soal tudingan jumlah akun palsu itu.

Musk dan Twitter diketahui akan bertarung di meja hijau karena ia mengakhiri akuisisi mayoritas saham Twitter. Mereka dijadwalkan untuk diadili mulai 17 Oktober di Wilmington, di Delaware's Court of Chancery.

Pada April lalu Musk sepakat membeli Twitter seharga US$44 miliar tetapi dalam beberapa minggu setelahnya ia mengeluh jumlah akun bot jauh lebih tinggi daripada perkiraan Twitter yang kurang dari 5 persen pengguna.

Pada 8 Juli, Musk mengatakan angka sebenarnya "lebih tinggi" dari 5 persen dan menuding Twitter telah menyesatkannya. Hal itu dijadikannya alasan untuk cabut dari kesepakatan akuisisi tanpa penalti.

Selama sidang, kedua belah pihak meminta hakim untuk memerintahkan pihak lawan menyerahkan lebih banyak pesan atau dokumen sebagai pelengkap temuan.

Pada Selasa, pengadilan juga mengatakan bahwa pemberian kesaksian Musk dijadwalkan ulang dari pekan ini ke pekan depan, 6-7 Oktober 2022. Keterangan Musk diharapkan menjadi bagian penting dari proses persidangan.

Brian Quinn, seorang profesor di Boston College Law School, menilai momentum kesaksian itu penting. Menurutnya, Twitter mungkin lebih baik menunda wawancara Musk.

"Anda akan menunda saksi terbaik Anda hingga terakhir, selama mungkin, sehingga Anda memiliki semua temuan," kata Quinn.

(can/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER