Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menantang melakukan gladi resik untuk mengetahui seberapa kuat sistem keamanan siber di Indonesia.
Hal itu dikatakan Luhut saat diminta komentar ihwal seberapa kuat serangan siber di sektor pemerintahan.
"Bisa bikin gladi [resik] sendiri di dalam, enggak usah expose ke luar kan," ujar Luhut dalam podcast Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Kamis (29/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan gladi resik itu bisa dalam bentuk serangan kepada sistem, untuk mengetahui seberapa canggih sistem keamanan pemerintah.
"Bikin exercise sendiri aja menyerang diri sendiri atau disewa siapa atau dorong anak-anak Indonesia lain. Ini sistem kita ini sudah canggih atau belum," tuturnya.
"Jangan hanya alat. Beli alat beli alat belum tentu alat itu perlu," sambung dia.
Sebagai informasi, sejumlah raksasa teknologi seperti Google memiliki program untuk mengetahui celah keamanan dalam teknologinya atau program Vulnerability Reward (Bug Bounty).
Vulnerability Reward adalah program yang khusus digelar Google untuk terus meningkatkan keamanan layanan. Hacker yang melaporkan celah pada layanan Google, disediakan hadiah uang tunai.
Meski menantang untuk membobol sistem keamanan, Luhut tak merinci apa umpan balik yang diterima peretas jika menemukan celah keamanan.
Meski demikian, ia berpesan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memiliki kewajiban untuk mengamankan instansi pemerintahan.
"BSSN pokoknya kalian punya kewajiban mengamankan instansi pemerintah, jangan sampai diacak-acak. Mereka harus kooperatif juga dengan kalian, kalau kalian membuat exercise sistem kau ini udah bagus belum," katanya.
"Jadi BSSN ini harus betul-betul membuat dirinya profesional. Jangan pula ada orang-orang BSSN itu berpolitik, enggak boleh kalian," tuturnya.
Diketahu, keamanan siber RI mendapat kritik bertubi-tubi usai pembocoran data terutama oleh Bjorka, yang hingga kini belum terungkap identitas aslinya.
(can/fea)