Bjorka mengaku mestinya mengungkap bocoran data yang "cukup besar" di akhir September. Namun, munculnya sejumlah isu penting membuatnya menunda melakukan itu.
"When September ends, I should have leaked something pretty big. but because there so many issues in Indonesia, i chose to disappear for a while," ujarnya, di kanal Telegram Bjorkanism, Jumat (7/10).
(Saat September berakhir, saya seharusnya membocorkan sesuatu yang cukup besar. Tapi karena banyaknya masalah di Indonesia, saya memilih untuk menghilang sejenak, red).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia risau pengungkapan bocoran data itu akan membuat isu-isu penting di Indonesia tertutup.
"because if i do it again, i'm afraid other important issues will be drowned out by the presence of me like what happened before," lanjutnya.
(Jika saya melakukannya lagi, saya risau masalah-masalah penting lainnya akan tenggelam oleh kehadiran saya seperti yang pernah terjadi dulu, red)
Sebelumnya, pembocor data yang mengklaim sebagai gadis Polandia ini sempat dituding mengalihkan isu pembunuhan Brigadir J oleh Ferdy Sambo dkk.
"see u again with something big for sure," tandas Bjorka. (Sampai jumpa lagi dengan sesuatu yang besar tentunya, red).
Bjorka sendiri sempat merilis serial bocoran data mulai dari data pelanggan IndiHome, Tokopedia, data registrasi SIM card, daftar surat yang masuk ke Presiden Jokowi, hingga melakukan doxing terhadap para pejabat.
Pemerintah RI sempat membentuk tim respons darurat yang terdiri dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Cyber Crime Bareskrim Polri, Kominfo, hingga Badan Intelijen Negara (BIN).
Namun, hasilnya belum terlihat. Sejauh ini, yang kelihatan adalah pemblokiran sejumlah akun Bjorka di Twitter dan Telegram.
"if u guys asking for my telegram, both channel and private group has been shutting down by the telegram because they receive request from indonesian gov to do that. yea durov full of bullsh**. but i just made a new private group, yea on telegram again," ucap Bjorka, lewat situs gelap BreachForums, Jumat (7/10).
Pada periode akhir September hingga pekan pertama Oktober sejumlah isu penting mengemuka, terutama dugaan pembunuhan suporter bola Aremania di dalam Stadion Kanjuruhan oleh aparat.