Pakar Temukan Bintang yang Pertama Tercipta, Apa Buktinya?

CNN Indonesia
Senin, 10 Okt 2022 17:20 WIB
Ilustrasi. Para ahli dari berbagai negara baru saja menemukan cahaya yang diduga berasal dari bintang pertama di semesta. (Foto: Tangkapan layar web nasa.gov)
Jakarta, CNN Indonesia --

Para ahli dari Jepang, Australia, dan Amerika Serikat (AS), menemukan sejumlah elemen yang mungkin berasal dari bintang-bintang pertama di semesta.

Melansir ScienceAlert, dalam usahanya, para ahli tersebut menggunakan data spektograf near-infrared dari salah satu dari kuasar yang sangat jauh. Cahaya kuasar itu telah beredar di luar angkasa selama 13,1 miliar tahun sebelum mencapai Bumi.

Itu artinya, para ahli sedang melihat kuasar, seperti saat ketika semesta baru berusia 700 juta tahun. Spektograf sendiri merupakan sebuah instrumen yang menangkap cahaya sekelebat, dalam hal ini obyek luar angkasa, ke dalam komponen gelombang.

Hal tersebut dapat membuka elemen mana yang hadir di dalam obyek yang sangat jauh. Meskipun, membuka informasi itu tidak selalu mudah.

Kecerahan sebuah garis dalam spektrum astronomi bergantung kepada beberapa faktor selain kelimpahan elemen. Itu membuat usaha mengidentifikasi elemen tertentu menjadi rumit.

Namun, dua ahli yang melakukan studi ini, Yuzuru Yoshi dan Hiroaki Sameshima, telah mengembangkan sebuah trik untuk menyelesaikan masalah ini. Metode mereka menggunakan intensitas gelombang untuk mengestimasi prevalensi elemennya.

Hal tersebut membuat para periset bisa menganalisa komposisi awan di sekitar kuasar tersebut. Hasil analisa itu mengungkap adanya rasio magnesium hingga besi yang aneh dan rendah pada awan tersebut.

Awan itu memiliki lebih banyak besi 10 kali daripada magnesium jika dibandingkan dengan Matahari. Itu menjadi petunjuk bagi para ahli untuk menduga bahwa material itu berasal dari ledakan luar biasa dari bintang generasi pertama.

"Bagi saya jelas bahwa kandidat supernova untuk ini adalah pasangan super nova yang tak stabil dari bintang di Populasi III, di mana semua bintang meledak tanpa meninggalkan sisa-sisa," kata Yoshi yang merupakan astronom dari University of Tokyo.

Yoshi dan para koleganya sudah mempublikasikan hasil penelitian itu di jurnal Astrofisika dengan judul Potential Signature of Population III Pair-instability Supernova Ejecta in the BLR Gas of the Most Distant Quasar atz= 7.54.

Dalam meneliti bintang-bintang di luar angkasa, para ahli menggunakan tiga klasifikasi. Populasi I, Populasi II, dan Populasi III.

Populasi I digunakan untuk kelompok bintang yang lebih muda dan bermuatan elemen-elemen yang berat. Sementara, Populasi II berisikan bintang-bintang yang lebih tua dengan sedikit elemen yang berat.

Sementara, Populasi III digunakan untuk mengelompokkan bintang-bintang yang lebih tua yang biasanya berada di luar jangkauan teknologi manusia. Sampai saat ini, manusia hanya bisa berteori seperti apa penampakan bintang tersebut.

Namun para ilmuwan menduga, bintang-bintang awal itu sangat panas, besar, dan mungkin punya massa ratusan kali lipat daripada Matahari. Selain itu, bintang-bintang di Populasi III biasanya berisikan gas-gas yang sederhana.

(lth)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK