China baru saja meluncurkan wahana observasi luar angkasa yang khusus memelajari erupsi Matahari. Diharapkan peluncuran itu bisa menjadi awal bagus untuk usaha pengamatan Matahari ke depannya.
Melansir South China Morning Post, wahana yang diluncurkan China bernama Advanced Space-based Solar Observatory (ASO-S). Wahana seberat 888 kg itu diluncurkan dari Jiuquan Satellite Launch Centre pada Minggu (9/10) waktu setempat.
ASO-S akan menjadi teleskop matahari pertama yang secara terus-menerus memonitor dua aktivitas paling mencolok dari matahari yakni badai Matahari dan semburan koronal massa. ASO-S akan melakukannya dari ketinggian 720 km di atas Bumi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami harus melakukannya segera dan dengan cepat. Jika kami gagal melakukannya di waktu siklus Matahari, kami harus menunggu hingga 2030," kata Gan Weiqun, ilmuwan yang bertindak sebagai kepala program ini.
Misi ini bertujuan untuk memahami kaitan antara fenomena tersebut dan bagaimana hal itu memicu kondisi berbahaya di luar angkasa yang bisa merusak satelit dan jaringan listrik di Bumi. Untuk misi ini, China pun menggelontorkan dana hingga 1 miliar yuan atau Rp2,1 triliun (1Yuan= 2.137) untuk melaksanakan misi yang disebut Kuafu 1 ini.
Selain itu, China juga menghabiskan waktu lebih dari satu dekade dan kontribusi dari ribuan orang agar peluncuran ini sukses. "Saya tidak bisa tidur kemarin malam," kata Gan.
Sampai saat ini, para ilmuwan periset Matahari dari China punya keterbatasan karena hanya bisa mengamati dari daratan. Mereka memanfaatkan teleskop matahari sepanjang 35 cm dan 1 meter yang masing-masing terletak di Beijing dan Yunnan.
Keterbatasan itu membuat mereka hanya mendapat gambaran parsial dari Matahari. Pasalnya, atmosfer Bumi menyerap emisi yang dihasilkan Matahari.
China sendiri telah memiliki rencana membangun wahana Matahari sejak 1970. Ketika Gan dkk. mulai mengerjakan Kuafu 1 pada 2012, sudah ada 70 misi ke Matahari di seluruh dunia.
Badai Matahari sendiri diprediksi akan mencapai puncaknya pada siklus Matahari pada 2025. Selain Kuafu 1, wahana yang didedikasikan untuk mengamati Matahari adalah Parker Solar Probe milik NASA, dan Solar Orbiter milik Badan Antariksa Eropa (ESA).
Mengutip CGTN, ASO-S sendiri diklaim mampu mengamati Matahari selama 24 jam penuh sepanjang tahun. "ASO-S mampu mengamati Matahari 24 jam setiap hari untuk sepanjang tahun. Waktu istirahatnya maksimal hanya 18 menit ketika berada di bawah bayangan Bumi setiap hari dari Mei hingga Agustus," kata Gan.
ASO-S sendiri didesain untuk mengakumulasi dan mentransfer kembali data sekitar sebesar 500 GB dalam satu hari. Itu sama dengan 10 ribuan foto berkualitas tinggi.
"Detektor yang terpasang di dalamnya mengambil gambar setiap beberapa detik atau menit dan selama erupsi Matahari, wahana ini bisa dengan cepat meningkatkan shutter speed hingga 1 detik agar dapat menangkap foto aktivitas Matahari dengan lebih detail," kata Huang Yu selaku Associate Chief Designer ASO-S.
(can/lth)