Elon Musk mengklaim sedang memperjuangkan kebebasan berbicara dan masa depan peradaban. Itu dia ungkapkan setelah berang karena isu Apple akan menghilangkan Twitter dari App Store.
"Ini adalah pertarungan untuk masa depan peradaban. Jika kebebasan berbicara hilang bahkan di Amerika, di masa depan hanya akan ada tirani," kata Elon lewat akun Twitternya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
This is a battle for the future of civilization. If free speech is lost even in America, tyranny is all that lies ahead.
— Elon Musk (@elonmusk) November 29, 2022
Apple disebut akan memblok Twitter dari layanan App Store. Diduga, ini berkaitan dengan maraknya kekhawatiran soal Twitter di bawah Elon Musk.
Sejak akuisisi Elon Musk, Twitter disebut diisi banyak ujaran kebencian dan akun palsu. Musk bahkan memulihkan lagi akun mantan presiden AS, Donald Trump yang sempat ditangguhkan setelah kerusuhan di Capitol awal Januari lalu.
Apple sebelumnya pernah menghilangkan platform media sosial sayap kanan, Parler setelah kerusuhan itu. Namun Parler akhirnya kembali setelah mau berkompromi dengan kebijakan Apple soal ujaran kebencian dan provokasi.
Meski belum ada pernyataan resmi dari Apple, Musk sudah telanjur marah. Ia bahkan menyebut akun Twitter CEO Apple, Tim Cook dan menanyakan apa yang sedang terjadi.
"Apple telah menghentikan hampir semua iklan di Twitter. Apakah mereka benci kebebasan berbicara di Amerika. Apa yang sedang terjadi di sini @tim_cook?" tulis Musk.
"Apple juga mengancam untuk menangguhkan Twitter dari App Store, tetapi tidak mengatakan kepada kami alasannya," ujar Musk.
What’s going on here @tim_cook?
— Elon Musk (@elonmusk) November 28, 2022
Lebih lanjut, Musk juga menyebut Twitter akan melampirkan pernyataan resminya segera di platform mereka sendiri. "Publik harus mengetahui apa yang terjadi sesungguhnya.
Dalam cuitannya yang lain, Musk juga menyinggung Apple yang suka mengambil 30 persen dari para pengembang aplikasi yang berjualan di App Store.
Soal pajak ini sebelumnya pernah disinggung oleh perusahaan pembuat game Fortnite, Epic Games pada 2020. Perusahaan itu merasa, jumlah 30 persen itu terlalu besar sehingga mereka menyarankan konsumennya untuk melewati potongan pajak tersebut.
Sebagai konsekuensinya, Apple pun menghapus Fortnite dari App Store. Sejak saat itu, Fortninte tak lagi muncul di App Store.
Akan tetapi, Twitter diragukan untuk berperang 'satu lawan satu' dengan Apple. Pasalnya, Twitter lebih bergantung kepada Apple karena 80 persen pengguna mereka mengakses Twitter dari ponsel.
Sementara, Fortnite hanya mendapatkan 7 persen pendapatan dari iOS. Hal inilah yang membuat Twitter diragukan untuk 'berperang' melawan Apple.
(lth/lth)