Sederet hujan meteor bakal terjadi pada bulan Desember. Setidaknya, terhitung ada delapan fenomena, namun mana yang bisa terlihat jelas di Indonesia?
Andi Pangerang, Peneliti Pusat Riset Antariksa Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan hujan meteor adalah sejumlah meteor yang jatuh melewati permukaan Bumi dalam jumlah banyak sehingga terlihat seperti hujan yang turun.
"Meteor sendiri sebenarnya adalah ketampakan jalur jatuhnya meteoroid ke atmosfer Bumi," ujarnya dikutip situs resmi BRIN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketampakan ini, kata Andi, disebabkan oleh panas yang dihasilkan tekanan ram, yakni tekanan pada objek yang melintas dengan kecepatan tinggi saat memasuki atmosfer Bumi.
Meteoroid, komet maupun planet yang memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan tinggi menyebabkan terjadinya hujan meteor.
Berikut delapan fenomena hujan meteor yang di antaranya bisa disaksikan langsung di langit Indonesia.
Phoenicid merupakan hujan meteor yang titik asal kemunculan meteor (titik radian) terletak di konstelasi Phoenix dekat bintang Achernar (Alfa Eridani) konstelasi Eridanus.
Ia aktif sejak 27 November hingga 9 Desember dengan intensitas variatif antara 0-100 meteor per jam di zenit pada 2 Desember.
Andi mengatakan hujan meteor Phoenicid ini bisa disaksikan di seluruh Indonesia dari arah tenggara setelah Matahari terbenam pada 2 Desember, hingga terbenam di barat daya keesokan harinya sekitar pukul 03.00 waktu setempat.
Intensitas di kota Sabang dan yang selintang bervariasi antara 0-51 meteor per jam, sedangkan intensitas di Rote Ndao dan yang selintang bervariasi antara 0-74 meteor/jam.
"Hal ini dikarenakan ketinggian titik radian saat transit antara 31-48 derajat di atas ufuk selatan," ujarnya.
Lihat Juga :MEET THE GEEK Cinta Langit hingga Lupa Daratan ala Andi Pangerang |
Puppid-Velid merupakan hujan meteor yang titik radiannya terletak di konstelasi Vela dekat bintang Regor (Gamma Velorum) yang berbatasan dengan konstelasi Puppis.
Meteor ini aktif sejak 30 November hingga 15 Desember dengan intensitas maksimum 10 meteor/jam saat di zenit pada 7 Desember.
Puppid-Velid berasal dari sisa debu komet 96P/Machholz yang mengorbit Matahari dengan periode 1,9 tahun. Kelajuan geosentrik meteor ini mencapai 144.000 km/jam.
Hujan meteor ini juga dapat disaksikan di seluruh Indonesia dari arah tenggara sejak 6 Desember sekitar pukul 21.00 waktu setempat (sesuai dengan zona waktu masing-masing) hingga meredup di arah barat daya sebelum Matahari terbit.
Intensitas di Indonesia hanya 6-8 meteor/jam. Hal ini dikarenakan ketinggian titik radian saat transit antara 39-56 derajat di atas ufuk selatan.
Monocerolid Desember adalah hujan meteor yang titik radiannya terletak di konstelasi Monoceros yang berbatasan dengan konstelasi Orion dan Gemini.
Meteor ini aktif sejak 4-20 Desember dengan intensitas maksimum 3 meteor/jam saat di zenit pada 9 Desember, melesat dengan kecepatan 147.600 km/jam.
"Dapat disaksikan di seluruh Indonesia dari arah timur setelah adzan isya (8 Desember) hingga meredup di arah barat sebelum Matahari terbit (9 Desember)," ujarnya.
Intensitas monocerolid desember di Indonesia hanya 2 sampai 3 meteor/jam. Hal ini dikarenakan ketinggian titik radian saat transit antara 71-88 derajat di atas ufuk utara.
Sigma Hydrid merupakan hujan meteor yang titik radiannya terletak di dekat bintang Sigma Hydrae konstelasi Hydra, berbatasan dengan konstelasi Monoceros.
Aktif sejak 4-20 Desember dengan intensitas maksimum 7 meteor/jam saat di zenit pada 9 Desember. Meteor ini bisa disaksikan di seluruh Indonesia dari arah timur sejak 8 Desember pukul 21.15 waktu setempat hingga meredup di arah barat sebelum Matahari terbit.
Intensitas di Indonesia hanya 6-7 meteor/jam. Hal ini dikarenakan ketinggian titik radian saat transit antara 77-90 derajat di atas ufuk selatan (untuk 11 derajat LS-2 derajat LU) dan 86-90 derajat di atas ufuk utara (untuk 2-6 derajat LU).
Meteor ini berasal dari sisa debu benda langit yang tidak diketahui. Kelajuan geosentrik meteor ini mencapai 208.800 km/jam.
Geminid hingga Visid di halaman berikutnya...