Di Manakah Otak Einstein?

CNN Indonesia
Senin, 26 Des 2022 10:30 WIB
Otak seterang bintang yang mengubah sains modern, yang adalah milik ilmuwan Albert Einstein, mesti mengalami nasib tragis usai kematian. Apa yang terjadi?
Ilustrasi. Hasil studi pada otak menunjukkan sejumlah perbedaan struktur kecil. (Foto: Istockphoto/Eraxion)

Beberapa studi tentang otak Einstein dipublikasikan usai pencurian Harvey itu.

Dilansir dari BBC, studi pertama muncul pada 1985. Makalah Marian Diamond pada 1985 dalam Neurologi Eksperimental mengidentifikasi salah satu dari empat sampel otaknya memiliki lebih banyak sel glial untuk setiap neuron, dibandingkan dengan kelompok kontrol (sampel lain yang diatur) otak lainnya.

Sel glial memperbaiki neuron pada tempatnya dan menjaganya tetap tersuplai oksigen dan nutrisi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :

Pada 1996, Britt Anderson dari University of Alabama, Birmingham, menerbitkan studi tentang otak bagian korteks prefrontal Einstein. Dia menemukan bahwa jumlah neuron sampel Einstein setara dengan otak dalam kelompok kontrol, tetapi lebih padat, yang diklaim memungkinkan proses informasi lebih cepat.

Dalam makalah 1999, Sandra Witelson dari Universitas McMaster, Kanada, mempelajari foto asli otak Einstein karya Harvey. Dia mengatakan bahwa lobulus parietal inferior Einstein - bagian otak yang bertanggung jawab untuk kognisi spasial dan pemikiran matematis - lebih lebar dari biasanya, dan tampaknya lebih terintegrasi.

Witelson berspekulasi bentuk otak mungkin berhubungan dengan deskripsi Einstein sendiri tentang pemikirannya. Bahwa, "kata-kata tampaknya tidak memainkan peran apa pun", tetapi ada "permainan asosiatif" dari "gambaran yang kurang lebih jelas".

Pada 2012, antropolog terkemuka Dean Falk meneliti serangkaian foto otak Einstein yang sebelumnya tak terlihat yang diambil Harvey dengan kamera Exacta. Dia melakukan audit lengkap pada otak, menamai setiap lilitan dan celah, dan menemukan sejumlah fitur yang tidak biasa.

Mungkin yang paling mencolok adalah bahwa Einstein memiliki tonjolan ekstra di lobus tengah frontalnya, bagian yang digunakan untuk membuat rencana dan memori kerja. Kebanyakan orang memiliki tiga pegunungan tetapi Einstein memiliki empat.

Dia juga menemukan lobus parietal Einstein sangat asimetris, dan dia memiliki tonjolan di lajur motorik sebelah kanannya. Fitur terakhir ini disebut "tanda omega" dan dianggap berkorelasi dengan musikus yang menggunakan tangan kiri. Einstein memainkan biola.

Dalam studi 2013, yang juga diikuti Falk, peneliti mengamati bagian corpus callosum Einstein yang tidak biasa, kumpulan serat yang menghubungkan belahan otak kiri dan kanan. Mereka menemukan milik Einstein lebih tebal daripada kelompok kontrol, menunjukkan peningkatan kerjasama antara belahan otak.

Lalu muncul pertanyaan: apakah fitur-fitur otak ini dikembangkan sepanjang hidup Einstein, atau apakah dia dilahirkan dengan fitur-fitur itu?

Orang dilahirkan dengan pola dasar lilitan di otak mereka, tetapi sejauh mana ini dibentuk kembali oleh pengalaman tidak diketahui. Tanda omega mungkin telah berkembang saat Einstein berlatih biola saat masih kecil, kata Falk, tetapi menurutnya lebih sulit menilai kontribusi pengalaman hidup ke bagian lain otak.

Dengan deret studi ini, pers membuar tajuk utama (headline) yang menyatakan bahwa para ilmuwan telah menemukan kabel saraf khusus yang bertanggung jawab atas rumus E=mc².

Terence Hines, psikolog dan kolektor perangko di Universitas Pace, mengatakan hubungan semua penelitian otak Einstein dengan kejeniusannya cuma spekulatif.

"Anda tidak dapat mengambil hanya satu otak dari seseorang yang berbeda dari orang lain - dan hampir semua dari kita - dan berkata, 'Aha! Saya telah menemukan hal yang membuat T. Hines menjadi kolektor perangko!" cetusnya.

"Jika Anda berpendapat bahwa pengumpulan prangko disebabkan oleh sesuatu yang berbeda di otak, dan Anda melihat otak saya dan membandingkan otak saya dengan 100 otak lainnya, Anda dapat menemukan sesuatu yang berbeda dan berkata 'Aha! Saya menemukan pusatnya mengumpulkan prangko'," lanjut dia.

Hines menuduh para ilmuwan yang terlibat dalam studi otak Einstein terperangkap dalam apa yang disebutnya "neuromitologi" otak Einstein. Korban pertama dari kecenderungan ini adalah Harvey sendiri.

Hal itu diamini Frederick Lepore, ahli saraf yang bekerja dengan Dean Falk pada makalah 2012.

"Saya tidak tahu apakah Einstein jenius karena lobus parietalnya berbeda," kata dia, "Jika Anda meletakkan kaki saya di atas api dan berkata, 'Di mana relativitas khusus? Dari mana datangnya relativitas umum?' kami tidak tahu."

Meskipun peran ilmiah dari studi otak Einstein itu masih bisa diperdebatkan, kisahnya memicu produktivitas dalam hal budaya; memunculkan novel, buku komik, dan bahkan drama yang terinspirasi dari cerita Harvey.

(lom/arh)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER