Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan sejumlah faktor yang membuat kondisi cuaca mulai hari ini (29/12) mengalami peningkatan.
"Hari ini 29 Desember kondisi dinamika atmosfer di Indonesia masih cukup signifikan, bahkan ada peningkatan di beberapa wilayah. Dasar pertimbangan perkembangan ini masih terkait dari berbagai fenomena," ujar Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, dalam konferensi pers daring, Kamis (29/12).
Ia menuturkan fenomena-fenomena itu antara lain, pertama, monsun (monsoon) Asia atau perubahan pola angin yang signifikan di Asia Tenggara, China, hingga India, "yang mendatangkan musim hujan di wilayah indonesia."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Sekarang monsun Asia ini meningkat intensitasnya dan kita deteksi berpotensi peningkatan kecepatan angin dan curah hujan," tambahnya.
Kedua, lanjut Dwikorita, masih aktifnya Osilasi Madden-Julian (MJO). Fenomena ini bergerak dari Samudra Hindia melintasi ekuator menuju Samudra Pasifik juga disebut sebagai dalang peningkatan dinamika cuaca tanah air.
MJO merupakan anomali sirkulasi atmosfer berskala besar yang berasal dari atas Samudra Hindia Barat yang menyebar ke timur di daerah tropis. Pergerakannya memiliki kecepatan 5 - 10 meter per detik dengan durasi 30 - 60 hari.
Ketiga, Dwikorita menyebut faktor lainnya yang berpengaruh adalah fenomena gelombang atmosfer di ekuatorial dalam sepekan terakhir hingga beberapa hari ke depan.
Menurutnya, hal ini berkontribusi signifikan pada peningkatan pertumbuhan awan hujan dengan potensi curah hujan lebat hingga sangat lebat dan menjadi ekstrem untuk wilayah yang strategis.
Keempat, pusat tekanan rendah di Australia yang dapat membentuk pertemuan angin di sekitar wilayah indonesia bagian selatan ekuator. Dwikorita mengatakan fenomena ini berpotensi meningkatkan awan hujan signifikan di sekitar wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara.
Kelima, lanjutnya, fenomena seruakan dingin (cold surge) dan arus lintas ekuator.
Seruak dingin sendiri merupakan aliran massa udara dingin yang berasal dari daratan Asia sekitar Tibet lewat Laut China Selatan hingga ke wilayah Indonesia bagian barat saat monsun Asia musim dingin.
"Fenomena seruakan udara dingin dari dataran tinggi tibet dan arus lintas ekuator masih terus aktif terjadi walaupun intensitasnya mulai melemah," tuturnya.
"Kondisi tersebut masih berkontribusi terhadap peningkatan hujan di Indonesia bagian barat," tambahnya.
Berdasarkan analisis pemodelan atmosfer yang sudah dilakukan, BMKG akhirnya memprakirakan adanya potensi peningkatan curah hujan mulai tanggal 30-31 Desember di beberapa wilayah di Indonesia.
(lom/can/arh)