Apakah Langit Malam Berwarna Hitam?
Langit malam hari tak pernah benar-benar berwarna hitam. Pakar mengungkap sejumlah faktor yang mempengaruhinya, termasuk cahaya bintang.
Michael J. I. Brown, Associate Professor in Astronomy dari Monash University, menjelaskan langit pada malam hari memang hitam tapi tidak pernah benar-benar hitam sempurna.
Menurut Brown dalam tulisannya di The Conversation, langit pada malam hari memiliki kilauan. Hal itu tidak disebabkan oleh bintang-bintang atau polusi cahaya "melainkan atmosfer itu secara natural berkilau."
Lihat Juga :101 SCIENCE Semirip Itukah Manusia dan Kera? |
Kilauan itu disebut dengan airglow (kilauan udara) yang dihasilkan dari sejumlah atom dan molekul di atmosfer. Di cahaya yang terlihat, oksigen memproduksi sinar hijau dan merah, molekul hydroxyl (OH) memproduksi sinar merah dan sodium menghasilkan kuning kehijauan.
"Nitrogen, meskipun lebih dominan di udara daripada sodium tidak berkontribusi banyak kepada airglow," tulisnya.
Perbedaan warna pada airglow adalah hasil dari atom dan molekul yang melepaskan sejumlah energi tertentu (quanta) dalam bentuk cahaya. Contohnya, di altitude (ketinggian) yang tinggi, sinar ultraviolet bisa memecah molekul oksigen (O2) ke dalam pasangan atom oksigen.
"Ketika atom-atom itu bergabung kembali ke molekul oksigen, mereka menghasilkan cahaya hijau yang unik," tulis Brown.
Di sisi lain, atom sodium merupakan bagian kecil dari atmosfer Bumi. Akan tetapi, mereka merupakan bagian besar dari airglow itu dan punya asal-usul yang tak biasa yakni meteor atau bintang jatuh.
Ketika meteor tiba di atmosfer Bumi dengan kecepatan tinggi, mereka meninggalkan jejak atom dan molekul. "Terkadang, Anda bisa melihat bintang jatuh dengan warna yang unik, yang dihasilkan dari atom dan molekul yang mereka bawa," tulis Brown.
Dilansir Science Alert, meteor yang sangat cerah bahkan bisa meninggalkan jejak berupa asap dan di antara matom serta molekul tersebut ada segelintir sodium.
Lapisan atom sodium yang tinggi tersebut berguna untuk para astronom. Mereka akan memanfaatkan meteor atau bintang jatuh untuk mengukur seberapa besar distorsi foto bintang-bintang.
Distorsi itu terjadi karena atmosfer Bumi yang terus bergerak sehingga mengaburkan gambar dari planet-planet, bintang-bintang, dan galaksi.
Para astronom menggunakan kombinasi teknik optik adaptif tembakan laser, untuk mengakali distorsi tersebut. Optik adaptif merupakan teknik yang memanfaatkan cermin yang dapat berubah bentuk (deformasi).
Mereka akan menembakan laser ke arah meteor jatuh untuk membuatnya bersinar terang dan menyesuaikan dengan warna kuning unik dari sodium meteor itu. Hasil dari tembakan itu menjadi bintang tiruan yang dapat digunakan untuk optik adaptif.
Hasilnya, para astronom dapat melihat gambar Semesta dengan lebih tajam dan jelas. "Meteor yang Anda lihat di malam hari membantu kita melihat Semesta dengan visi yang lebih tajam," tulis Brown.
(lth)