Departemen Pendidikan New York City meblok akses ke ChatGPT pada perangkat yang terhubung dengan internet di sekolah-sekolah negeri. Mengapa hal itu dilakukan?
Melansir CNET, blok itu dilakukan karena "kekhawatiran terhadap dampak negatif terhadap pembelajaran siswa dan akurasi konten (ChatGPT)" ujar juru bicara sekolah, Jenna Lyle.
ChatGPT dapat menyediakan jawaban dengan cepat. Namun menurut Lyle "Jawaban itu tidak membangun berpikir kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah (problem-solving skills) yang sangat penting untuk kesuksesan akademik dan jangka panjang," kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Blokir yang digunakan sekolah-sekolah di New York City tidak menggunakan sistem khusus. Melansir Tech Crunch, sekolah itu menggunakan sistem yang sama yang digunakan untuk memblok situs dan aplikasi seperti Youtube, Facebook.
Selain itu, sekolah-sekolah swasta juga masih dapat meminta agar blok terhadap ChatGPT dibuka. Departemen Pendidikan New York City pun membuka diskusi dengan OpenAI, startup yang membuat ChatGPT.
Diskusi itu bertujuan mengetahui kemungkinan ChatGPT digunakan untuk pendidikan.
OpenAI lewat juru bicaranya mengaku sedang mengembangkan "mitigasi" untuk membantu siapa pun mengetahui teks yang dihasilkan dari ChatGPT.
Sebelumnya, OpenAI telah berinisiatif untuk menaruh semacam tanda air (watermark) pada teks yang dihasilkanya.
"Kami membuat ChatGPT tersedia sebagai bahan riset untuk belajar dari penggunaan di dunia nyata. Kami percaya itu merupakan bagian kritis dari pengembangan dan penerapan sistem AI yang mumpuni dan aman," kata juru bicara OpenAI.
Lebih lanjut, OpenAI berharap pengguna bersama audiensnya menjadi garda depan dalam menggunakan fasilitas mereka. "Kami juga menantikan untuk bekerjasama dengan tenaga pendidik untuk mencari solusi yang berguna dan cara lain untuk membantu para guru dan siswa mengambil manfaat dari AI," tulis OpenAI.
ChatGPT belakangan populer karena kemampuannya memberi tulisan yang komprehensif bahkan disebut selevel pakar. Tak sedikit warganet yang membagikan kecanggihan ChatGPT lewat akun-akun media sosial masing-masing.
Namun melansir situs resmi OpenAI, platform yang dikembangkan mereka itu ternyata memiliki batasan.
"ChatGPT terkadang menulis jawaban yang terdengar masuk akal tetapi salah atau tidak masuk akal," tulis OpenAI.
Paling tidak, ada lima batasan yang disebut OpeAI di situs resminya. Salah satunya adalah ChatGPT sangat sensitif terhadap frasa input yang diubah atau perintah yang dimasukkan secara berulang.
(lth)