Satelit yang sudah mati milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dipulangkan ke Bumi usai bertugas di luar angkasa selama 38 tahun.
Dikutip dari situsnya, NASA menjatuhkan Earth Radiation Budget Satellite (ERBS) ke Bumi pada Jumat (6/1).
Satelit dengan berat hampir 2,5 ton ini diklaim tidak akan mengancam penduduk Bumi. Pasalnya, satelit ini diperkirakan akan terbakar di atmosfer selama perjalanannya ke daratan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Departemen Pertahanan AS memperkirakan satelit mati ini memasuki atmosfer pada Senin (9/1) pukul 06.40 WIB. Namun, perkiraan tersebut dapat bergeser 17 jam lebih awal atau lebih lambat.
Satelit ini diperkirakan akan terbakar di atmosfer, tetapi sejumlah komponen kemungkinan akan mencapai daratan. Dalam sebuah perbandingan, NASA menyebut kemungkinan satelit ini menimbulkan kerusakan adalah 1 banding 9.400.
ERBS sendiri dibawa ke angkasa oleh pesawat antariksa Challenger pada 1984. Astronaut Sally Ride yang merupakan wanita pertama yang pergi ke antariksa melepaskannya dari kargo Challenger.
Dilansir Engadget, ERBS memiliki misi untuk mengumpulkan data ozon dan atmosfer hingga 2005. Para peneliti menggunakan data tersebut untuk mempelajari bagaimana Bumi menyerap energi Matahari.
Data ini merupakan indikator penting untuk melihat kesehatan iklim Bumi serta untuk membantu mengetahui pola cuaca. Selain itu, para peneliti juga dapat mengukur efek aktivitas manusia pada keseimbangan radiasi Bumi.
ERBS sebelumnya diperkirakan hanya bertahan sampai 2003, tetapi satelit ini melampau perkiraan para peneliti dan bisa beroperasi hingga 2005.
NASA kini terus melanjutkan keberhasilan misi ERBS dengan proyek-proyek termasuk rangkaian instrumen satelit Clouds dan Earth's Radiant Energy System (CERES) saat ini.
Sementara itu, The Stratospheric Aerosol and Gas Experiment II (SAGE II) pada ERBS yang melakukan pengukuran stratosfer untuk mengukur kesehatan ozon kini digantikan SAGE III yang dilakukan di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
(lom/arh)