Bos Twitter Elon Musk mengakui sulitnya memberantas akun palsu atau akun bot di platform-nya. Padahal, ia sempat sesumbar soal akun bodong.
"Sangat sulit untuk menghentikan bot dan troll (unggahan provokatif), sementara tidak memengaruhi pengguna sebenarnya. Tidak akan sempurna, tetapi Twitter jauh lebih tahan terhadap akun palsu daripada sebelumnya," kata dia dalam kicauannya, Jumat (20/1).
Pada Agustus 2022, Musk, saat belum membeli Twitter, sempat menantang CEO Twitter kala itu Parag Agrawal untuk debat terbuka membahas akun bot di Twitter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan ini saya menantang @paraga untuk debat publik tentang persentase bot Twitter," kicau Musk saat itu.
"Biarkan dia membuktikan kepada publik bahwa Twitter memiliki lebih dari 5 persen pengguna harian palsu atau spam!" imbuh CEO SpaceX itu.
Musk kemudian membuat jajak pendapat tentang apakah netizen percaya argumen Twitter bahwa kurang dari lima persen pengguna aktif harian bulanan adalah "palsu/spam."
Ada dua opsi dalam jajak pendapat, yaitu "Ya" dengan tiga emoji robot, yang tampak dengan sengaja menyiratkan setiap pengguna yang memilih opsi itu juga merupakan bot, dan "Lmaoooo no".
Saat itu nyaris 65 persen pengguna memilih "Lmaooo no" alias tidak percaya. Jajak pendapat berakhir pada hari Minggu dan hasilnya hampir condong ke arah Musk.
Berdasarkan riset narasi di Twitter sejak Mei 2022, perusahaan AS yang berfokus memantau miliaran interaksi secara real-time, Cybra, mengungkap rincian angka akun palsu itu.
Kala itu, Twitter sudah dalam tahap pengumuman kesepakat oleh Musk, menurut laporan CNN.
Menggunakan data yang tersedia untuk umum, perusahaan mengklaim pada saat itu akun spam dan bot mewakili 13,7 persen dari jumlah akun di Twitter.
Segera setelah itu, Cybra kembali melakukan analisis kedua dan menyimpulkan akun spam dan bot mewakili 11 persen dari total basis pengguna Twitter.
Temuan ini memberikan gambaran tentang rintangan yang mungkin dihadapi Musk jika dia mengambil alih Twitter setelah sebelumnya mengatakan ingin "mengalahkan bot spam atau mati saat mencoba [mengakuisisi Twitter]".
"Permintaannya tepat: Akun spam dan bot, beri tahu kami nomornya, beri tahu kami metodologinya, dan beri tahu kami tingkat kepercayaannya," kata CEO Cyabra Dan Brahmy.
Cyabra mengklaim tidak bekerja dengan firma analisis data lain yang digunakan oleh tim Musk. Namun, Brahmy menolak untuk membahas apakah pihaknya dibayar untuk melakukan analisis itu.
Temuan ini tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan estimasi Twitter sendiri bahwa akun palsu dan spam terdiri dari kurang dari 5 persen.
Brahmy mengatakan Cyabra tidak dapat memperkirakan prevalensi bot sebagai persentase daripada total pengguna Twitter.
Analisis percakapan yang dilakukan oleh Cybra digunakan untuk mengukur banyak hal, yakni seberapa besar kemungkinan sebuah akun palsu mencakup anggota di jejaring sosial dan di mana mereka berada, apa saja yang dibicarakan;
Seberapa sering dan pada jam berapa beroperasi, apakah akun menggunakan satu atau beberapa bahasa dan seberapa lancar akun tersebut menggunakan bahasa tersebut, serta jenis interaksi yang cenderung dihasilkan oleh konten akun.
(can/arh)