Menakar Gempa Terkuat yang Mungkin Terjadi di Bumi, Bisa Tembus M 10?
Salah satu gempa terbesar di dunia pernah terjadi di Indonesia pada 2004 di Aceh dengan Magnitudo 9,3 dan menyebabkan tsunami. Mungkinkah ada gempa yang lebih kuat lagi?
Gempa terkuat yang pernah tercatat sendiri terjadi pada 22 Mei 1960 di Chile dan disebut gempa Valdivia, diambil dari nama kota terdekat ke pusat gempa. Gempa yang mengguncang wilayah di benua Amerika tersebut berlangsung selama 10 menit dan memiliki Magnitudo 9,5.
Mengutip United States of Geological Survey (USGS), gempa Chili 1960 itu memecahkan zona patahan yang jadi tempat lempengan dasar laut bergerak menghantam ke bawah lempeng Benua Amerika Selatan yang berdekatan.
Selama gempa Chile 1960, tepi barat Lempeng Amerika Selatan meluncur sejauh 18 meter terhadap Lempeng Nazca yang mensubduksi, di area sepanjang 965 kilometer dan lebar lebih dari 160 kilometer.
Peneliti ilmu bumi menyebut gempa yang lebih besar dari gempa Valdivia mungkin terjadi, tetapi kemungkinannya sangat kecil. Gempa yang melebihi M9,5 membutuhkan pergerakan patahan Bumi yang sangat dalam dan luar biasa panjang terjadi sekaligus.
Ahli geologi gempa bumi dan komunikator sains Wendy Bohon menyebut tidak banyak tempat di Bumi yang bisa menjadi lokasi gempa sebesar ini.
Menurutnya, gempa M 9,5 sendiri sudah berada pada batas atas gempa yang mampu dihasilkan Bumi, dan gempa dengan magnitudo 10 mungkin tidak akan terjadi.
"Ini bagus untuk Hollywood, tapi tidak realistis untuk Bumi, syukurlah," kata Bohon, seperti dikutip LiveScience.
Magnitudo sendiri adalah pengukuran jumlah energi yang dilepaskan dalam gempa bumi. Magnitudo gempa tergantung pada luas total patahan yang pecah.
Hal ini juga bergantung pada seberapa dalam patahan turun ke dalam kerak bumi dan berapa lama, secara horizontal, segmen yang pecah.
Ada batasan fisik untuk seberapa besar suatu area dapat pecah. Patahan terdalam berada di zona subduksi, di mana satu lempeng tektonik mendorong di bawah yang lain.
Jika masuk cukup dalam dan bebatuannya begitu hangat sehingga panas dan lengket, alih-alih pecah, patahan ini malah bisa menekuk.
Kemudian, meski gempa kadang-kadang dapat terjadi sedalam 800 kilometer di bawah permukaan bumi, sebagian besar gempa yang dalam tidak menghasilkan banyak guncangan di permukaan.
Sehingga, gempa yang berada di beberapa puluh kilometer teratas dari kerak bumi yang paling berbahaya bagi manusia.
Ahli geologi gempa di University of Southern California Heidi Houston mengatakan patahan yang paling mampu memicu gempa besar yang merusak adalah patahan yang menukik di zona subduksi.
Patahan atau sesar semacam ini berada pada sudut miring daripada vertikal, memiliki area batuan besar yang dapat menempel satu sama lain, membangun tekanan dan akhirnya pecah.
"Ini benar-benar ukuran bidang patahan yang merupakan kontrol terbesar pada ukuran gempa maksimum, dan bidang patahan itu bisa menjadi lebih besar dalam pengaturan zona subduksi," kata Houston.
Lebih lanjut, Bohon juga menyebut ada batasan panjang patahan yang bisa pecah sekaligus. Patahan di zona subduksi bahkan tidak bisa pecah sekaligus, karena sesuatu seperti gunung bawah laut yang berada di jalur patahannya.
(lom/lth)