
Kominfo Jelaskan Kenapa Yogyakarta Paling Melek Digital se-Indonesia

Survei menyebut literasi digital warga DI Yogyakarta tertinggi se-Indonesia. Apa pemicunya?
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan mengungkapkan masyarakat dengan literasi tinggi berarti, di antaranya, mengetahui cara mengamankan diri dari serangan pembobol data.
"Mereka tidak mudah memberi OTP (one time password) dan tidak mudah mengklik-klik," ujarnya, dalam acara Peluncuran Status Literasi Digital Indonesia 2022 di Jakarta, Rabu (1/2).
"Literasi digital tinggi itu artinya mereka memahami bagaimana cara kerjanya, mereka skill-nya sudah ada, mereka shifting-nya ngerti juga. Sama aja kayak kita jalan di jalan raya pakai helm, mereka sudah tahu mengamankan dirinya," sambungnya.
Berdasarkan data yang dipaparkan Semuel, DI Yogyakarta menjadi wilayah dengan indeks literasi digital tertinggi di Indonesia alias yang paling melek digital.
Data Semuel itu berdasarkan survei Katadata Insight Center (KIC) bersama Kemenkominfo terhadap 10 ribu responden selama Agustus - September 2022. Angka toleransi kesalahan (margin of error)-nya mencapai 0,98 persen.
Ia melanjutkan skor indeks literasi digital Indonesia 2022 naik 0,05 poin dibandingkan 2021 menjadi 3,54 skala 5. DI Yogyakarta dan Kalimantan Barat mendapatkan skor yang sama yaitu 3,64.
Semuel mengatakan tingginya literasi digital di Yogyakarta tidak berkorelasi dengan klaim sarang hacker.
Kondisi ini berkenaan dengan pernyataan Kepala Departemen Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Agus Fajri Zam, beberapa waktu lalu, yang menilai peretas di Yogyakarta mulai bermunculan.
"Literasi digital (di Yogyakarta) tinggi itu artinya mereka memahami bagaimana cara kerjanya, sudah memiliki skill dan mengerti," kata Semuel.
Peringkat selanjutnya, kata dia, adalah Kalimantan Timur dan Papua Barat dengan skor 3,62, serta Jawa Tengah 3,61. Tahun lalu, Sulawesi juga mencatatkan skor indeks literasi digital yang tinggi di Indonesia.
Di samping itu, Semuel menjelaskan mayoritas atau 58,6 persen responden tidak mengerti mengenai keamanan digital dan tidak pernah melakukan pelaporan keamanan digital dan keamanan penggunaan di media sosial.
Ia mencontohkannya dengan penipuan sedot rekening modus download apk dengan kedok undangan nikah.
(can/arh)