
ChatGPT Berbayar Dirilis, Cek Harga dan Bedanya dengan Versi Gratis

OpenAI menguji coba paket langganan ChatGPT bulanan US$20 atau sekitar Rp298 ribuan yang menawarkan akses prioritas kepada pengguna.
Paket berbayar yang dinamakan ChatGPT Plus itu hadir dua bulan setelah platform tersebut dirilis ke publik dan dengan cepat menjadi viral. Hal itu karena kemampuan menulis esai yang terbilang sangat rapih dan terstruktur.
"Paket langganan baru, ChatGPT Plus, akan tersedia seharga US$20/bulan," demikian keterangan perusahaan di blog resminya.
Lihat Juga : |
Apa keuntungan yang didapat pelanggan? OpenAI mengungkap setidaknya tiga manfaat, yakni:
1. Akses luas ke ChatGPT, bahkan saat jam sibuk.
2. Waktu respons lebih cepat.
3. Akses prioritas ke fitur dan peningkatan baru.
Setelah ada versi berbayar, ChatGPT tak lagi gratis?
Perusahaan menekankan ChatGPT akan tetap punya fitur gratis untuk masyarakat umum.
"Kami menyukai pengguna gratis kami dan akan terus menawarkan akses gratis ke ChatGPT," lanjut keterangan resmi itu.
"Dengan menawarkan harga langganan ini, kami dapat membantu mendukung ketersediaan akses gratis kepada orang sebanyak mungkin," sambung OpenAI.
ChatGPT Plus akan tersedia pertama kali di Amerika Serikat dan menyusul banyak negara lain setelah itu. OpenAI mengatakan akan mulai mengundang orang dari daftar tunggu dalam beberapa minggu mendatang.
Perusahaan juga mengatakan "secara aktif menjajaki opsi untuk paket berbiaya rendah, paket bisnis, dan paket data untuk ketersediaan lebih banyak pilihan paket."
"Pratinjau untuk ChatGPT memungkinkan kami untuk belajar dari penggunaan dunia nyata, dan kami telah membuat peningkatan dan pembaruan penting berdasarkan umpan balik," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan kepada CNN.
Sejak tersedia pada akhir November, ChatGPT telah digunakan untuk membuat esai, cerita, dan lirik lagu orisinal sebagai tanggapan atas permintaan pengguna.
Platform itu juga telah menyusun abstrak makalah penelitian yang bisa membodohi beberapa ilmuwan. Beberapa CEO bahkan menggunakannya untuk menulis email atau melakukan pekerjaan akuntansi.
Meskipun dianggap punya daya tarik, platform ini juga menimbulkan beberapa kekhawatiran, termasuk tentang ketidakakuratan, potensinya untuk melanggengkan bias informasi, menyebarkan informasi yang salah, serta kemampuannya untuk membantu siswa menyontek.
Awal pekan ini, OpenAI mengumumkan fitur baru yang disebut "pengklasifikasi teks AI" (Classifier). Ini memungkinkan pengguna memeriksa apakah esai ditulis oleh manusia atau AI.
Rilis ini muncul di tengah kekhawatiran chatbot AI dapat membantu siswa dan profesional membuat tugas esai yang meyakinkan. Teknologi, bagaimanapun, kata OpenAI, "tidak sempurna".
(can/arh)